Selama 18 bulan menjadi anggota wantimpres mendampingi Pak Jokowi, bagaimana ritme kerja selama berada di pemerintahan Pak Jokowi?
Pertama, kalau engagement dengan presiden langsung memang tidak terlalu banyak kesempatan, karena kita tahu lah kesibukan presiden dan lain-lain.
Tapi seperti saya singgung tadi, kesempatan paling berharga saya pada waktu itu adalah belajar pada negarawan-negarawan senior indonesia yang ada di dalam wantimpres itu.
Selebihnya pengalaman baru saya adalah fasilitas. Jadi ini kok nikmat sekali fasilitasnya, karena kita punya fasilitas protokol setingkat menteri waktu itu.
Jadi memang enak sekali jadi wantimpres itu, saya pikir saya ngerti sekarang kenapa orang berebut jabatan di Indonesia karena memang enak.
Sosok Pak Jokowi, presiden kita di mata Gus Yahya seperti apa?
Saya kira Indonesia ini beruntung punya presiden Pak Jokowi ini, karena beliau punya kualitas-kualitas yang unik, yang memang sangat berharga, dan saya kira semua orang bisa merasakan maslahat yang dirasakan dari kepemimpinan Pak Jokowi.
Satu hal yang sangat unik yang kita dapati kemarin itu bahwa setelah kompetisi politik yang begitu tajam dengan polarisasi yang begitu tajam, tiba-tiba Pak Jokowi nemu saja solusinya, bisa lalu langsung rekonsiliasi dengan semuanya, langsung memulai proses penyembuhan dari pembelahan yang terjadi itu.
Misalnya ada yang bertanya, Gus Yahya ini dapat restu dari Pak Jokowi maju sebagai Ketua PBNU?
Mudah-mudahan, kalau iya ya Alhamdullilah, tapi saya nggak pernah ada kontak sama sekali, komunikasi sama sekali. Dan Yaqut adik saya juga kadang-kadang juga nanya ‘gimana ada persoalan nggak?’, nggak ada, baik-baik dipersilakan saja, ya sudah. Ya kalau ada apa-apa, saya pernah jadi wantimpres ya pasti saya dikontak lah kalau ada apa-apa.
Nah kalau soal restu ya mudah-mudahan, namanya saya ini ingin mendapatkan restu dari semua orang lain, semuanya saya temui.
Baca juga: Gus Yahya Akui Mental Sebagian Besar Pengurus NU Masih Ada Orientasi Politik Tertentu
Saya kira sudah masuk saya ketemu semua orang, saya ketemu Bu Mega, Pak Airlangga, saya ketemu Pak JK, saya ketemu semua orang.
Saya ingin mendapatkan restu dari orang-orang, karena ini bicara NU ini, NU ini milik bangsa.
Kenapa Gus kemudian tokoh-tokoh parpol termasuk salah satu yang harus ditemui?