Ya karena apapun juga pasti ada konsekuensi politik. Jadi saya bertemu dengan beliau-beliau ini, yang saya tekankan, yang saya sampaikan dalam komunikasi saya dengan pihak-pihak politik itu adalah bahwa saya berpikir tentang NU ini sebagai penyangga keutuhan bangsa, itu satu.
Kedua, saya mohon maaf, saya memang mau maju sebagai calon ketua umum dan saya berharap untuk direstui oleh semua orang, tapi saya mohon maaf tidak bisa menjanjikan dukungan NU untuk calon presiden, wakil presiden, mohon maaf saya tidak bisa. Saya tidak bisa membuat komitmen itu.
Yang saya tawarkan adalah kerjasama, seandainya tertarik. Kalau memang ada pihak, siapapun, apakah pihak politik, pemerintah, swasta, siapapun yang mampu membangun suatu agenda nasional sifatnya, kemudian dijabarkan menjadi program-program di daerah, saya menawarkan mari paling nggak sebagian, salurkan lewat cabang-cabang NU, dan akan kami umumkan ini programnya siapa.
Jadi tokoh publik di Indonesia kan syarat untuk selalu dikritik. Kira-kira Gus Yahya siap dikritik atau kemudian viral di media sosial?
Sudah terbiasa. Sudah sejak jaman Gus Dur dulu ketika saya jadi juru bicara juga sering ya pernyataan sendiri jadi kontroversi.
Orang mau nembak Gus Dur nggak berani, yang ditembak saya itu sudah biasa dan ya kemarin-kemarin dalam perjalanan saya kira semua orang tahu, saya sudah sering juga jadi sasaran kontroversi, dikritik, dicacimaki dan sebagainya.
Tapi selama saya mampu mempertanggungjawabkan apa yang saya lakukan, saya kira itu nggak masalah. Selama ini itu yang saya lakukan dan jelas bahwa kalau memang ada satu langkah yang harus dikoreksi, pasti saya bersedia dikoreksi. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha)