"Tapi, lebih lebih dari semua itu buat saya ini terpilih atau tidak terpilih sudah ada prestasi," katanya.
"Karena saya sekarang, saya berani katakan saya berhasil mentransformasikan cara pandang cabang-cabang dan wilayah ini tentang jabatan ketum," imbuhnya.
Profil Said Aqil Siroj
Dikutip dari media NU, Laduni, KH Said Aqil Siroj lahir di Cirebon, Jawa Barat pada 3 Juli 1953.
Ia merupakan putra kedua dari pendiri Pondok Pesantren Kempek di Cirebon, KH Aqil Siroj.
Di masa mudanya, Said pernah menjadi murid Rais Aam PBNU 1981-1984, KH Ali Maksum, saat belajar di Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta.
Baca juga: Jelang Muktamar NU, Mantan Bendahara PBNU Ungkap Dukungan Untuk Gus Yahya
Baca juga: Kiai Said vs Gus Yahya di Muktamar NU, Inilah Solusi Menghindari Konflik di Level Tanfidziyah
Ia juga pernah berkuliah di IAIN Sunan Kalijaga di mana KH Ali Maksum menjadi guru besar.
Di tahun 1980, Said melanjutkan studinya ke Mekkah ditemani sang istri, Nurhayati.
Di sana, ia menjalin persahabatan dengan Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
“Gus Dur sering berkunjung ke kediaman kami. Meski pada waktu itu rumah kami sangat sempit, akan tetapi Gus Dur menyempatkan untuk menginap di rumah kami."
"Ketika datang, Gus Dur berdiskusi sampai malam hingga pagi dengan Bapak,” ungkap anak pertama Said, Muhammad Said Aqil.
Mengutip Kompas.com, Said sudah menjadi Ketua Umum PBNI sejak 2010.
Sepanjang kepemimpinan Said Aqil, NU sudah mendirikan 43 perguruan tinggi.
Beberapa waktu lalu, Said mengungkapkan sejumlah kiai sepuh memintanya kembali memimpin PBNI.