Pesawat TNI AU dan seluruh awak kemudian terbang dari Islamabad pada Jumat (20/8/2021) dini hari setelah mendapatkan data-data lengkap tentang kondisi Bandara Hamid Karzai International, Kabul bisa didarati.
Keputusan tersebut diambil, dengan harapan kondisi bandara sepi dan tidak ada eskalasi massa.
Pesawat Boeing 737-400 pun lepas landas dari Islamabad pada pukul 04.33 dini hari waktu setempat menuju Bandara Hamid Karzai International, Kabul Afganistan.
Tantangan lain yang dihadapi para awak pesawat adalah kondisi bandara Bandara Hamid Karzai International yang dikelilingi pegunungan dan banyaknya fasilitas bandara yang tidak berfungsi optimal.
Selain itu, Kabul sendiri merupakan kota yang dikelilingi pegunungan dengan elevasi runway 5.877 feet di atas permukaan laut.
Tantangan lainnya adalah fasilitas nav aid bandara (ILS, VOR), night facilities, dan air traffic service yang tidak berfungsi maksimal.
Hal tersebut mengakibatkan awak pesawat menghadapi tantangan yang sangat berat saat mendekati Bandara Hamid Karzai International.
Situasi semakin menegangkan karena matahari belum terbit di bandara Hamid Karzai Internasional sehingga awak pesawat kesulitan mengidentifikasi runway.
Prosedur approach yang dilakukan secara visual dan menghindari pegunungan membuat landing di Kabul menjadi tantangan paling utama bagi seluruh awak pesawat.
Setelah mendarat di Bandara Hamid Kanzai International, Kabul, proses evakuasi segera dilaksanakan mengingat keterbatasan waktu yang diberikan NATO, selaku otoritas di bandara Kabul saat ini.
Selama sekitar 2 jam seluruh proses boarding WNI selesai dilaksanakan.
Mengingat keterbatasan kapasitas pesawat, tidak semua barang bawaan WNI dapat diangkut ke dalam pesawat.
Seluruh awak Boeing 737-400 TNI AU tersebut kemudian berhasil mengevakuasi 26 WNI dan 7 warga negara Filipina dari Bandara Hamid Karzai International Kabul pada pukul 02.19 UTC menuju Islamabad.
Dari Islamabad, pesawat lepas landas pada pukul 23.33 UTC melanjukan penerbangan menuju tanah air.
Jalur yang dilalui pesawat tersebut yakni Karachi, Colombo, Banda Aceh.
Pada Sabtu (21/8/2021) pukul 03.05 WIB pesawat Boeing 737-400 TNI AU kemudian mendarat sempurna di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Belakangan diketahui bahwa pasukan elit TNI AU Satuan Bravo 90 (Satbravo 90) turut terlibat dalam proses evakuasi tersebut.
3. Perubahan Status Serda Aprilia Santini Manganang
TNI AD mengumumkan perubahan identitas seorang prajuritnya yakni Sersan Dua (Serda) Aprilia Santini Manganang yang sebelumnya dikenal sebagai perempuan menjadi laki-laki pada Selasa (9/3/2021).
Manganang yang merupakan mantan atlet voli nasional tersebut dinyatakan mengalamai kelainan organ reproduksi yang disebut hipospadias.
Menurut data yang disampaikan TNI AD pada setiap 250 bayi laki yang lahir ada satu orang yang mengalami hipospadias.
Manganang yang dilantik menjadi Bintara berpangkat Serda pada Desember 2016 tersebut mengalami kondisi hipospadias yang serius.
Ayah Manganang yang bernama Akip Manganang adalah buruh perkebunan dan ibunya yang bernama Suryati kerjanya ketika Manganang lahir pada 27 April 1992 di Pulau Sangir, Tahuna, Sulawesi Utara adalah asisten rumah tangga.
Baca juga: Aprilio Manganang Curhat Soal Dirinya Selama Ini, Sebut Rasa Sakit hingga Harus Kuat Jalani Hidup
Proses persalinan Manganang yang hanya dibantu pramedis dinilai memungkinkan adanya situasi yang membuat Manganang dibesarkan dan dididik sebagai seorang perempuan.
Kondisi tersebut terus berlangsung sampai pada tahun 2016 ketika Angkatan Darat melihat prestasinya di olahraga.
TNI AD saat itu memutuskan merekrut Aprilia dalam program rekrutmen khusus Bintara yang berprestasi.
Kemudian dalam perkembangannya pimpinan TNI AD melihat dan mengamati Manganang dan mulai melakukan pemeriksaan pada 3 Februari 2021.
Dari hasil pemeriksaan di Manado, dengan keterbatasan rumah sakit di RS AD Wolter Monginsidi akhirnya TNI AD memutuskan untuk membawa Manganang ke Jakarta untuk menjalani pemeriksaan yang lebih komperhensif.
TNI AD kemudian berkonsultasi dan menawarkan Manganang bantuan yang disambut dengan antusias oleh Manganang.
Dari hasil pemeriksaan urologi ternyata Manganang lebih memiliki organ-organ jenis kelamin laki-laki dan tidak memiliki organ internal jenis kelamin wanita.
Berdasarkan pemeriksaan hormonal, hormon testosteron Manganang juga lebih memiliki hormonal yang masuk kategori normal laki-laki.
Begitu pula dengan pemeriksaan radiologi MRI juga menyatakan hal yang sama.
TNI AD kemudian menyampaikan hasil pemeriksaan lengkap itu ke Manganang, dan menanyakan apa yang bisa dilakukan kepadanya.
TNI AD kemudian menyampaikan diperlukan bedah korektif sebanyak dua kali berdasarkan persetujuan dan keinginan Manganang.
RSPAD Gatot Soebroto kemudian membentuk tim dokter yang terdiri dari 10 sampai 15 dokter untuk menangani Manganang.
Jika Manganang sudah pulih dari operasi kedua maka rencananya ia akan masuk kembali ke jajaran TNI AD dan menjadi Bintara di komunitas ajudan jenderal.
Dengan kondisi tersebut TNI AD kemudian melakukan evaluasi untuk memberikan tugas yang lebih pas.
Beberapa kemungkinan di antaranya adalah di Perbekalan dan Angkutan, atau di Kesehatan.
TNI AD kemudian menyiapkan seluruh dokumen untuk membantu Sersan Manganang memenuhi semua syarat yang ada dalam Undang-Undang 23 tahun 2006 tentang administrasi kependudukan.
Pengadilan Negeri Tondano kemudian menggelar persidangan perubahan nama secara hybrid yang disiarkan secara langsung di Markas Besar Angkatan Darat Jakarta pada Jumat (19/3/2021).
Manganang kemudian mengajukan nama Aprilio Perkasa Manganang ke Pengadilan Negeri Tondano.
Dalam sidang tersebut dihadirkan sejumlah saksi baik dari orang tua Manganang, teman, hingga perwakilan dokter bedah RSPAD Gatot Soebroto.
Manganang kemudian sempat menceritakan bagaimana perasaannya kepada Hakim Pengadilan Negeri Tondano.
Identitas baru Manganang tersebut kemudian disahkan oleh Hakim Pengadilan Negeri Tondano pada Jumat (19/3/2021).
4. Tenggelamnya KRI Nanggala-402 di Perairan Bali
Satu dari lima kapal selam jajaran Koarmada II Surabaya yang terlibat dalam skenario latihan penembakan torpedo di Perairan Selat Bali, KRI Nanggala-402, hilang kontak pada Rabu (21/4/2021) pagi.
Kapal selam buatan Jerman tahun 1979 tersebut membawa total 53 orang didalamnya termasuk Komandan dan personel arsenal.
Sekurangnya 21 KRI termasuk KRI Rigel 933 dan kapal selam KRI Alugoro serta 400 orang personel gabungan dikerahkan dalam pencarian.
Sejumlah lembaga juga turut dilibatkan di antaranya Basarnas, KNKT, BPPT, dan SKK Migas.
Selain itu dilibatkan juga unsur dari militer asing di antaranya MV Swift dari Singapura, MV Mega Bakti dari Malaysia, HMAS Ballarat dan HMAS Sirius dari Australia, dan satu kapal dari India.
Selain itu, dilibatkan juga kapal Ocean Salvage and Rescue Yongxingdao-863, Ocean Tug Nantuo-185 dan Scientific Salvage Tan Suo 2 milik Cina, serta Pesawat Intai Boeing P-8 Poseidon milik Amerika Serikat.
Area pencarian setidaknya difokuskan untuk mencari di sembilan titik lokasi.
Setelah kurang lebih empat hari pencarian, KRI Nanggala-402 telah dinyatakan tenggelam beserta 53 personelnya pada 24 April 2021 sore.
Baca juga: TNI AL dan Kemendikbudristek Teken Kerja Sama Beasiswa Pendidikan 86 Anak Awak KRI Nanggala 402
Posisi kapal selam tersebut diperkirakan berada di kedalaman 838 meter.
Hal tersebut terkonfirmasi dari sejumlah bukti otentik di antaranya citra yang telah dikonfirmasi sebagai bagian KRI Nanggala-402 meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, dan bagian kapal yang lain termasuk baju keselamatan awak kapal (MK-11).
Atas kejadian tersebut, jajaran TNI menaikkan bendera setengah tiang selama tujuh hari sebagai tanda duka cita mendalam.
Berbagai ungkapan duka cita tidak hanya datang dari kalangan TNI, namun juga masyarakat Indonesia serta sejumlah Angkatan Laut dari negara sahabat.
"Tabah Sampai Akhir" dan "On Eternal Patrol" bertebaran di jagad maya.
Kemudian muncul spekulasi dan isu yang berkembang terkait penyebab kejadian tersebut mulai dari ditembak kapal selam negara asing, kelebihan beban, masalah kelistrikan, hingga faktor alam.
Namun diketahui hingga saat ini belum ada kesimpulan dan penjelasan yang pasti mengenai penyebab tragedi tersebut.
Hal tersebut mengingat kapal tersebut rutin latihan dan operasi, memiliki sarana keselamatan penumpang lengkap, serta seluruh awak kapal terlatih dalam keadaan darurat.
Dari kejadian tersebut TNI dan Kementerian Pertahanan kemudian melakukan sejumlah upaya berbenah diri di antaranya dengan melakukan modernisasi alutsista.
5. Penganiayaan Warga Oleh Oknum Puspom TNI AU di Merauke
Sebuah video yang memperlihatkan tindakan kekerasan dua oknum anggota TNI Angkatan Udara (AU) terhadap seorang warga Papua yang diduga tuna wicara beredar di media sosial.
Video berdurasi 1 menit 21 detik itu viral di media sosial Twitter pada Selasa (27/7/2021).
Dalam video itu, seorang pria, warga Papua yang diduga tuna wicara tampak terlibat keributan di dengan warga lainnya di sebuah warung.
Sesaat kemudian tiba dua orang berseragam TNI AU.
Dalam video terlihat dua anggota TNI AU itu berusaha melerai keributan tersebut.
Namun, salah satu anggota TNI AU tampak menginjak kepala pria itu dengan sepatunya.
Baca juga: Profil Kolonel Pnb A Gogot Winardi, Danlanud JA Dimara Merauke yang Baru, Anak Petani dari Ambarawa
Belakangan dipastikan bahwa warga yang diinjak kepalanya tersebut merupakan seorang tuna wicara.
Video tersebut kemudian memicu reaksi sejumlah masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, hingga anggota DPR RI.
TNI Angkatan Udara kemudian secara resmi meminta maaf atas tindakan dua oknum yang belakangan diketahui merupakan anggota anggota Pomau Lanud Johannes Abraham Dimara Merauke.
Berdasarkan keterangan resmi TNI AU, insiden tersebut diawali oleh keributan seorang warga yang diduga mabuk dengan pemilik warung.
Insiden tersebut kemudian melibatkan dua anggota Pomau yang bermaksud melerai.
Namun tindakan tersebut dinilai berlebihan.
Kedua oknum tersebut kemudian ditahan dan dalam pengawasan Komandan Lanud Johannes Abraham Dimara Merauke.
Komandan Lanud Johannes Abraham Dimara Merauke kemudian menyampaikan permintaan maafnya kepada publik.
Namun demikian, akibat dari tindakan dua oknum tersebut, Komandan Pangkalan Udara Johanes Abraham Dimara di Merauke dicopot dari jabatannya.
Setelah menjalani hukuman, kedua oknum tersebut juga dipindahkan dari Merauke.
TNI AU kemudian menyatakan akan mengevaluasi seluruh anggota dan juga akan menindak secara tegas terhadap pelaku yang berbuat kesalahan.
Korban kekerasan tersebut kemudian diberikan santunan oleh TNI AU.
6. Tabrak Lari di Nagreg yang Melibatkan 3 Oknum TNI AD
Kemalangan menimpa sepasang remaja asal Garut, Jawa Barat yakni Handi Harisaputra (17) dan Salsabila (14).
Keduanya mengalami kecelakaan lalu lintas di Nagreg tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung pada Rabu (8/12/2021).
Setelah mendapat kabar terkait kecelakaan tersebut, paman dari Salsabila langsung menuju lokasi kecelakaan yang hanya sekira 10 menit dari rumahnya.
Namun, Handi dan Salsabila sudah tidak berada di lokasi.
Berdasarkan keterangan warga di sekitar lokasi, keduanya disebut dibawa oleh orang yang menabrak mereka ke rumah sakit.
Baca juga: TNI Penabrak Sejoli di Nagreg Ditahan di 3 Lokasi Berbeda, Kolonel P di Penjara Militer Tercanggih
Paman Salsabila kemudian mencari di Puskesmas dan sejumlah rumah sakit di sekitar lokasi.
Namun demikian, keduanya tidak ditemukan.
Selang beberapa hari tanpa kabar, keduanya ditemukan di dua titik berbeda di Sungai Serayu Jawa Tengah dalam keadaan meninggal dunia pada Sabtu (11/12/2021).
Polresta Banyumas menyatakan keduanya ditemukan tanpa identitas.
Keluarga korban bersama tim Polrestabes Bandung kemudian mendatangi Polresta Banyumas pada Jumat (17/12/2021).
Keluarga korban kemudian mengkonfirmasi bahwa kedua jenazah yang sempat dimakamkan di Jawa Tengah karena ditemukan tanpa identitas tersebut adalah Handi dan Salsabila.
Keluarga korban kemudian meminta makam keduanya dipindahkan ke kampung halaman mereka.
Jenazah Salsabila tiba di Kampung Cilame, Desa Ciaro, Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat pada Minggu (19/12/2021) dini hari.
Sedangkan jenazah Handi juga tiba di rumah duka di hari yang sama dan dimakamkan di permakaman umum Kampung Cijolang, Desa Cijolang, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Minggu (19/12/2021) dini hari.
Belakangan diketahui bahwa pelaku tabrak lari yang membuang jenazah Handi dan Salsabila ke Sungai Serayu adalah tiga oknum TNI AD.
Ketiganya adalah Infanteri P yang bertugas di Korem Gorontalo Kodam Merdeka, Kopral Dua DA yang bertugas di Kodim Gunung Kidul Kodam Diponegoro, dan Kopral Satu AS yang bertugas di Kodim Demak Kodam Diponegoro.
TNI memastikan akan memproses hukum ketiga oknum tersebut.
Sejumlah peraturan perundangan disebut telah dilanggar oleh tiga Oknum Anggota TNI AD.
Peraturan perundangan tersebut antara lain Undang-Undang nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya antara lain Pasal 310 dengan ancaman pidana penjara maksimal 6 tahun dan Pasal 312 dengan ancaman pidana penjara maksimal 3 tahun.
Selanjutnya, ketiganya juga melanggar KUHP, antara lain Pasal 181 dengan ancaman pidana penjara maksimal 6 bulan, Pasal 359 dengan ancaman pidana penjara maksimal 5 tahun, Pasal 338 dengan ancaman pidana penjara maksimal 15 tahun, dan Pasal 340 dengan ancaman pidana penjara maksimal seumur hidup.
TNI kemudian menegaskan akan menetapkan ketiganya sebagai tersangka dan menjatuhkan tuntutan maksimal terhadap tiga oknum TNI AD tersebut yakni penjara seumur hidup.
Ketiganya kini sudah ditahan di tiga lokasi berbeda.
Kolonel P ditahan di fasilitas tahanan militer tercanggih di Jakarta, Kopral Dua DA ditahan di Cijantung, dan Koptu AS ditahan di Bogor.
Namun demikian proses penanganan perkara dipusatkan di Jakarta.
TNI juga menyatakan sidang terhadap ketiganya akan digelar terbuka.
7. Pergantian Panglima TNI
Wacana mengenai pergantian Panglima TNI mulai ramai dibicarakan di publik pada pertengahan pertama tahun 2021.
Hal tersebut menyusul Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto akan memasuki masa pensiun di akhir tahun 2021.
Isu tersebut didiskusikan di publik baik oleh berbagai kalangan di antaranya pengamat militer, koalisi masyarakat sipil di bidang reformasi sektor pertahanan dan keamanan, hingga anggota DPR RI.
Sejumlah nama perwira tinggi TNI bintang empat digadang-gadang akan menggantikan Panglima TNI dari matra udara tersebut mengingat Undang-Undang Tahun 34 tahun 2004 tentang TNI yang mensyaratkan Panglima TNI harus dijabat oleh Perwira Tinggi TNI bintang empat aktif.
Saat itu, diketahui ada tiga Pati TNI bintang empat yang aktif yakni Kepala Stat Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa, Kepala Stat Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono, dan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Fadjar Prasetyo.
Sejumlah pengamat militer menilai ketiganya memiliki peluang jika dilihat berdasarkan berbagai pendekatan di antaranya rotasi antarmatra, doktrin operasi gabungan, regenerasi kepemimpinan militer, stabilitas politik 2024, kedekatan politik, atau kombinasi di antaranya.
Baca juga: Panglima TNI Pastikan Sidang 3 Oknum TNI yang Terlibat Kasus Nagreg Dilakukan Terbuka
Sementara itu sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang tergabung dalam koalisi masyarakat sipil di bidang reformasi sektor keamanan mendorong agar calon Panglima TNI berkomitmen penuh pada agenda reformasi sektor keamanan.
Di sisi lain, sejumlah anggota DPR RI terang-terangan memberikan dukungannya pada kandidat yang ada.
Meski naik turun, namun diskusi terkait pergantian Panglima TNI tetap dididiskusikan secara terbuka di publik hingga kandidat mengerucut pada dua nama yakni Andika dan Yudo.
Muncul sejumlah momen yang kemudian ditafsirkan sebagai sinyal terkait siapa yang akan memimpin TNI selanjutnya setelah Hadi.
Momen tersebut di antaranya ketika Andika tampak hadir mengantarkan Presiden Joko Widodo ke Bandara Internasional Soekarno Hatta pada Jumat (29/10/2021) untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Group of Twenty (KTT G20) di Roma, Italia.
Di sisi lain, sejumlah publik juga menafsirkan bahwa kehadiran Yudo mewakili Hadi di beberapa kegiatan juga sebagai sinyal terkait pergantian Panglima TNI.
Namun demikian, pertanyaan mengenai siapa yang akam menjadi Panglima TNI menggantikan Hadi terjawab setelah Presiden Jokowi mengirimkan Surat Presiden (Surpres) ke DPR RI pada Rabu (3/11/2021).
Dalam Surpres tersebut Presiden Jokowi menunjuk Andika sebagai calon tunggal Panglima TNI.
Komisi I DPR RI kemudian menyatakan verifikasi dokumen administrasi sebagai rangkaian fit and proper test calon Panglima TNI terhadap Andika pada Jumat (5/11/2021).
Sebagai calon Panglima TNI Andika kemudian menjalani Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi I DPR RI pada Sabtu (6/11/2021) yang digelar secara semi-terbuka di Gedung DPR RI.
Dalam rapat tersebut Andika memaparkan visi, misi, dan fokus kerjanya jika menjadi Panglima TNI secara terbuka di hadapan khalayak.
Fit and proper test kemudian dilangsungkan secara tertutup untuk pendalaman oleh anggota DPR RI terkait isu-isu tertentu.
Di hari yang sama, Komisi I DPR RI memberikan persetujuan terhadap calon yang diajukan Presiden Jokowi tersebut.
Keesokan harinya, sejumlah pimpinan dan anggota Komisi I DPR menyambangi kediaman Andika di Jakarta pada Minggu (7/11/2021) untuk melakukan verifikasi faktual yang merupakan bagian dari proses fit and proper test calon Panglima TNI.
Rapat Paripurna ke-9 DPR RI Masa Persidangan II Tahun Sidang 2021-2022 kemudian menyetujui Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai Panglima TNI pada Senin (8/11/2021).
Andika kemudian dilantik secara resmi oleh Presiden Joko Widodo sebagai Panglima TNI di Istana Negara, Jakarta pada Rabu (17/11/2021).
Upacara serah terima jabatan Panglima TNI dari Marsekal TNI Hadi Tjahjanto kepada Jenderal TNI Andika Perkasa kemudian berlangsung secara sederhana dan khidmat di Plaza Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur pada Kamis (18/11/2021).
Dalam upacara tersebut, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyerahkan panji TNI Tri Dharma Eka Karma kepada Jenderal TNI Andika Perkasa.