Hal ini serupa dengan kondisi yang pernah dilalui negara-negara lain.
Kendati tetap harus waspada, masyarakat diminta untuk tidak panik.
Karena berkaca dari negara lain, kasus Omicron memang meningkat tajam.
Namun jumlah fatalitynya sangat rendah.
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat di Liga 1, Arema dan Persija Larang Keras Interaksi dengan Orang Asing
"Jadi memang ada yang berbeda yang ini Kemudian dari beberapa referensi yang kita dapatkan di luar negeri."
"Dan saat ini, sebagian besar memang sekarang yang positifity rate dan kasus harian ini didominasi dengan OTG dan kondisi yang ringan."
"Artinya yang kondisi berat yang termasuk fatality atau (menyebabkan) kematian pun juga masih belum banyak."
"Ya mudah-mudahan ini tidak bertambah," kata Adib.
Tingkat hospitality dan fatality yang rendah ini menunjukkan memang ada satu faktor yang mempengaruhi yakni vaksinasi.
"Pada tahun lalu di bulan Juni-Juli vaksinasi masih rendah, kita sekarang dibantu oleh kondisi yang salah satunya adalah cakupan vaksinasi di beberapa wilayah terutama di kota besar vaksinasinya sudah rata-rata di atas 70 persen," sambung Adib.
Sementara itu, menanggapi soal kapan prediksinya puncaknya akan terjadi, Adib menyebut bahwa kemungkinan pada akhir Februari hingga Awal Maret.
Baca juga: Penambahan Kasus Covid-19 di DIY Hari Ini Berjumlah 273 Kasus
"Ya kalau bicara dari apa yang disampaikan oleh teman-teman dari epidemiologi dan sebagian juga kemarin disampaikan oleh Kementerian Kesehatan, kemungkinan prediksi untuk kemudian puncak itu pada akhir Februari sampai di awal Maret."
"Dan mengaca kepada kasus-kasus yang terjadi di Afrika kemudian di Eropa antara Puncak kemudian melandainya cukup cepat ya mudah-mudahan ini juga terjadi di Indonesia," terang Adib.
Untu itu, demi meringankan tingkat fatality, masyarakat harus segera mengejar vaksinasi dan menjalankan prokes dengan baik.