News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat Sebut Lulusan UT Bukan Kaleng-kaleng

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat menjawab pertanyaan saat wawancara khusus dengan Tribun Network di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (4/2/2022). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rektor Universitas Terbuka (UT) Prof Ojat Darojat MBus PhD menepis persepsi umum
bahwa lulusan UT tidak sebagus perguruan tinggi negeri favorit lain.

Prof Ojat memberi keyakinan lulusan UT juga tidak bisa dipandang sebelah mata.

Lulusan UT bahkan mampu menempati beberapa posisi strategis mulai dari aparatur sipil negara hingga pejabat negara.

Ia menyebut nama mantan Panglima TNI yang kini menjabat Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko sebagai lulusan UT.

"Bapak Moeldoko bahkan sekarang menjadi Ketua Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA UT)," kata Prof Ojat saat ditemui di Gedung Rektorat UT, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Jumat (4/2/2022).

Tokoh militer lainnya yang juga pernah duduk di bangku kuliah UT adalah Jenderal TNI (Purn) Wiranto hingga mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) AM Hendropriyono.

Prof Ojat memastikan Universitas Terbuka sangat ketat dalam mengawal kualitas kampus.

Selengkapnya simak wawancara eksklusif Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra
dengan Rektor Universitas Terbuka Prof Ojat Darojat MBus PhD:

Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat usai wawancara khusus dengan Tribun Network di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (4/2/2022). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Bagaimana Anda bisa menjawab tanggapan bahwa lulusan UT ini bukan kaleng-kaleng, bisa jadi apa?

Betul sekali. Ini saya perlu sampaikan bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Bahwa pendidikan
jarak jauh memiliki persepsi second rate education atau pendidikan kelas dunia. Itu adalah persepsi
umum.

Saya pada kesempatan ini menyampaikan bahwa lulusan UT bukan kaleng-kaleng.

Sampai dengan saat ini ada sekitar 1,89 juta lulusan UT walaupun usianya baru 37 tahun. Saya kira tidak ada di negeri ini yang bisa mencapai sebanyak itu.

Pada tahun 2011 pemerintah membuka CPNS dari 20 ribu lowongan dan 50 persennya diisi oleh lulusan UT. Berarti kami bukan kaleng-kaleng.

Banyak juga mahasiswa UT yang memiliki jabatan tinggi di pemerintahan atau juga sukses di wiraswasta.

Baca juga: Kisah Prof Ojat Darojat, Dari Anak Kuli Kayu Hingga Menjadi Rektor Universitas Terbuka

Bisa disebutkan lulusan UT yang menjadi tokoh?

Banyak sekali seperti misalnya Bapak Moeldoko yang sekarang menjadi Ketua Ikatan Alumni Universitas Terbuka (IKA UT). Bapak Wiranto, Bapak Hendropriyono.

Kemudian ada lulusan UT yang sekarang jadi Bupati, Gubernur, dan yang merintis di Kemendikbud Ristek juga kebanyakan lulusan UT.

Kita itu sangat ketat dalam mengawal kualitas. Memang ke UT gampang masuknya tetapi kalau mereka tidak belajar dengan serius hampir bisa dipastikan mereka tidak bisa lulus.

Karena di UT walaupun dekat dengan dosen dan mereka belajar secara mandiri di rumah masing-masing memang banyak kendala yang dihadapi. Jadi banyak di antara mereka yang tidak sanggup menyelesaikan studinya di UT.

Catatan kami ada satu juta lebih mahasiswa yang tidak lulus di UT karena tidak belajar serius.

Bisa dijelaskan maksud dari program satu juta mahasiswa Universitas Terbuka sebagai universitas non
konvensional?

Munculnya program rencana satu juta mahasiswa itu ketika Bapak Menteri Riset Pendidikan dan Teknologi Prof Mohamad Nasir menyampaikan kepada seluruh rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) saat dikumpulkan di UT pada 2017.

Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra saat mewawancarai Rektor Universitas Terbuka Ojat Darojat dalam wawancara khusus dengan Tribun Network di Universitas Terbuka, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (4/2/2022). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Di situ Prof Nasir menyampaikan angka kasar partisipasi pendidikan tinggi baru mencapai 34 persen. Ini
jauh ketinggalan dari tetangga kita Malaysia, Thailand, Philipina, apalagi Singapura.

Karena itu, Pak Menteri ingin UT bisa meningkatkan jumlah mahasiswa menjadi satu juta orang. Pada saat itu jumlah mahasiswa kami 300 ribuan.

Kenapa itu diserahkan kepada UT karena ini terkait misi utama sejak Universitas Terbuka didirikan tahun
1984.

Ada mandat yang diberikan negara yakni akses pendidikan tinggi bagi seluruh warga masyarakat Indonesia.

UT didesain secara berbeda. Saat itu jumlah PTN 44, dan tidak mampu menjawab tiga masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah.

Persoalan itu antara lain daya tampung yang sangat kecil, kendala geografis sehingga sulit untuk pergi
ke ibu kota provinsi, dan orang-orang yang sudah bekerja.

Pada tahun 2017, UT harus mampu menjawab tantangan pemerintah meningkatkan daya tampung perguruan tinggi negeri dari 300 ribu menjadi satu juta orang tetapi dengan catatan tidak boleh mengurangi kualitas.

Baca juga: Mendikbudristek Nadiem Makarim Lantik Prof Ojat Darojat Sebagai Rektor UT Periode 2021-2025

Fakultas apa yang paling favorit di UT atau paling banyak mahasiswanya?

Memang sejauh ini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) kebanyakan para guru. Tetapi berikutnya juga Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Yang juga jumlah mahasiswanya cukup banyak Fakultas Ekonomi serta Fakultas Sains dan Teknologi.

Apa rencana yang akan dikembangkan ke depan untuk jurusan yang belum dipunyai UT?

Kita mengembangkan jurusan sesuai kebutuhan masyarakat. Banyak permintaan dari masyarakat kepada kami untuk membuka program yang dibutuhkan seperti S2 Paud dan S2 Ilmu Komunikasi.

Dan juga kita ingin mengembangkan vokasi full skill atau mahasiswa siap kerja. (Tribun Network/Reynas Abdila)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini