“Ini sungguh berbahaya dan harus dicarikan jalan keluarnya. Perlu digagas untuk mempertemukan pihak pro dan kontra agar kehidupan kemasyarakatan warga Wadas kembali normal seperti semula,” tutur Gus Ipul.
Gus Ipul bahkan menyoroti kekacauan bahkan terjadi hingga di tingkat keluarga hanya karena beda pandangan.
“Ada seorang ibu tidak mendatangi hajatan anaknya gara-gara beda pandangan tentang penambangan batu andesit. Benar-benar parah kerusakan sosial di Desa Wadas,” tambah Gus Ipul.
Untuk diketahui, Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah kini menjadi sorotan nasional.
Dalam peristiwa pengukuran lahan untuk lokasi penambangan batu andesit pada 8 Februari 2022, polisi menahan 64 orang guna mencegah konflik horisontal antara warga pro dan kontra.
Sehari kemudian mereka dilepaskan kembali.
Batu andesit dari Desa Wadas akan digunakan sebagai bahan pondasi Bendungan Bener.
Bendungan yang terletak di Kecamatan Bener ini diklaim akan menjadi bendungan tertinggi di Asia Tenggara.
Atas rencana penambangan batu andesit, masyarakat Desa Wadas terbelah dua.
Satu pihak setuju penambangan batu andesit dan pihak lain menentang.
Sikap pro dan kontra ternyata menjalar lebih jauh dan menjurus konflik sosial.