Realitas ini kemudian disikapi Menteri Pertanian dengan lahirnya terobosan Taxi Alsintan, di mana petani bisa membeli alsintan untuk dimiliki melalui keringanan pembiayaan melalui KUR.
"Kenapa pak Menteri diminta lebih khusus ke KUR pertanian karena beliau mendapatkan predikat terbaik terkait realisasi KUR yang penyalurannya hampir Rp90 triliun pada Tahun 2021. Itu kerja luar biasa yang dilakukan oleh Menteri Pertanian," jelasnya.
Karena itu, Nur Alam yakin dengan pengadaan alsintan secara mandiri ini, petani akan lebih semangat memacu dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Di samping itu, tingkat kepemilikan dan kepuasan untuk penggunaan alsintan di kalangan petani menjadi lebih tinggi, yang situasinya tentu akan sangat berbeda jika bantuan alsintan tersebut bersumber dari APBN.
"Sumatera Selatan kita targetkan 50 unit taxi alsintan yang beroperasi pada akhir bulan Maret ini, dimana progres sampai hari ini sudah ada 30 unit Taxi Alsintan yang segera beroperasi menyongsong musim panen tahun ini," katanya.
"Yang jelas kita akan fokus di 9 provinsi sentra dan mudah-mudahan perkembangannya sama di Sumatera Selatan. Saya mendapatkan Sumatera Selatan ini ini sudah luar biasa, tinggal sedikit lagi bagaimana mengklasterkan dan nanti bisa kita fasilitas menjadi taxi alsintan yang lebih mandiri," imbuh Nur Alam.
Nur Alam juga meminta pihak perbankan tidak perlu takut merealisasikan KUR Taxi Alsintan ini kepada petani. Sebab dalam program ini, setiap alsintan yang diperoleh melalui sistem KUR, akan mendapatkan pengawalan dan pembinaan dari Kementan. Dengan demikian, kredit macet dalam KUR Alsintan ini bisa diminimalisir sekecil mungkin.
"Semua kekhawatiran bapak-bapak terkait tadi ada pembicaraan mengenai potensi kerusakan kami akan bertanggungjawab. Kami akan menandatangani fakta interitas dengan semua penyedia untuk menjamin perawatan dan sparepart," tegasnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pembiayaan Pertanian, Indah Megahwati meminta agar persyaratan untuk KUR Alsintan ini dipermudah. Sebab aturan yang ada saat ini terbilang cukup berat terutama terkait aturan down payment (DP) atau uang muka yang dikenakan bank sebesar 30 persen.
"Masalah krusial soal DP dan agunan ini memang alot dibahas bersama Himbara," kata Indah.
Indah menegaskan persoalan DP dan agunan ini memang sangat terkait dengan 'trust'. Sebab bank berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah jangan sampai terjadi kredit macet. Namun demikian, dia meminta bank tidak perlu khawatir sebab pengalaman selama ini, sangat jarang terjadi kredit macet untuk KUR di pertanian.
"Sementara program (Taxi Alsintan) yang sedang dijalankan ini bukan program baru tapi bagaimana perbankan ini trust dan mau menyalurkan tapi tidak ada kredit macet," katanya.
Dijelaskan dia, dalam aturan perbankan, memang ada aturan mengenai adanya agunan untuk kredit diatas Rp 100 juta. Sementara harga untuk combine harvester saja yang paling diminati petani harganya berkisar Rp 450 juta. Dia mendorong lahirnya regulasi yang bisa lebih mempermudah petani dalam mengakses KUR Alsintan.
"Kita masih menggunakan KUR biasa, nah mudah-mudahan secepatnya ini ada KUR taxi Alsintan ini sehingga DP misalnya cukup 20 persen atau 10 persen," jelasnya.
Sementara Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumsel Bambang Pramono menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mempunyai program terobosan program kegiatan Taxi Alsintan. Adapun program ini memberikan keleluasaan bagi petani yang ada di Indonesia untuk mengakses KUR Alsintan dengan berbasis petani, kelompok tani dan gabungan kelompok tani.