Ketika itu Sekolah Kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida.
Pernikahan R.A Kartini
Pada saat RA. Kartini sedang mengajar murid-muridnya, datanglah tamu utusan yang membawa Surat Lamaran dari Bupati Rembang Adipati Djoyohadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang berpandangan maju.
Kemudian tepat tanggal 12 November 1903 RA. Kartini melangsungkan pernikahannya pada usia 24 tahun dengan Bupati Rembang Adipati Djoyohadingrat dg cara sederhana dan kemudian diboyong ke Rembang.
Pada saat kehamilan RA Kartini berusia 7 bulan, dirinya merasakan kerinduan yang amat sangat pada Ibunya di Jepara.
Suaminya telah berusaha menghibur dengan musik Gamelan dan Tembang-tembang yang menjadi kesayangannya, tapi semua itu tidak dapat mengobati kerinduannya.
Kematian R.A Kartini
Pada tanggal 13 September 1904, RA.Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih atau RM. Soesalit.
Sayangnya keadaan RA.Kartini setelah melahirkan putera pertamanya itu semakin memburuk, meskipun sudah dilakukan perawatan khusus.
Akhirnya pada tanggal 17 September 1904, RA. Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir pada usia 25 tahun.
Meskipun kini RA. Kartini telah tiada, namun cita-cita dan perjuangannya masih dapat kita rasakan.
Kemajuan yang telah dicapai kaum wanita Indonesia saat ini adalah berkat goresan penanya semasa hidup yang kita kenal dengan buku “Habis Gelap Terbitlah Terang."
Habis Gelap Terbitlah Terang adalah kutipan dari buku kumpulan surat R.A Kartini yang dihimpun oleh sahabat pena Kartini, Ny. Abendanon dari Belanda.
Hari kelahiran R.A. Kartini kemudian diperingati sebagai Hari Kartini yang dirayakan sebagai wujud penghormatan atas jasanya menghidupkan emansipasi wanita.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Hari Kartini