Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Langkah diplomatik Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mengundang Ukraina sekaligus memastikan kehadiran Rusia dalam KTT G20 di Bali, dipuji sebagai langkah strategis mempertahankan keutuhan G20.
Hal ini wujud tanggung jawab Indonesia sebagai pemegang mandat Presidensi G20.
Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menilai, hal ini bentuk kompromi atas tekanan dari AS dan sekutunya maupun dari Rusia yang terindikasi sama-sama memanfaatkan Forum G20 sebagai perpanjangan konflik mereka.
"Undangan ini lebih baik daripada memenuhi permintaan yang tinggi dari AS untuk mengeluarkan Rusia dalam forum G20," kata Hikmahanto, dalam keterangannya, Jumat (28/4/2022).
Di sisi lain, Hikmahanto berharap, undangan kepada Ukraina dapat diterima oleh Rusia karena kehadiran Ukraina tidak sebagai negara anggota.
Baca juga: 2 Hal yang Dibahas Jokowi saat Telepon Putin, Minta Akhiri Perang hingga Janji Putin Hadiri KTT G20
Baca juga: Komunikasi Jokowi dengan Sejumlah Pemimpin Negara bahas Persiapan KTT G20 dan Perang Rusia-Ukrainaa
Sebelumnya, Presiden Jokowi, dalam rilis video yang dikeluarkan Biro Pers dan Media Istana Negara, menjelaskan telah berkomunikasi langsung dengan Presiden Ukraina Volodymr Zelensky dan mengundang untuk hadir dalam KTT G20.
Beberapa hari kemudian, Presiden Jokowi juga berkomunikasi langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan memperoleh kepastian akan kehadirannya di Bali nanti.
Dengan demikian, kata Hikmahanto, AS dan negara sekutunya tidak punya alasan lagi untuk memboikot KTT G20 bila Rusia hadir.
"Intinya dengan undangan ke Ukraina semua kepala pemerintahan dan kepala negara G20 akan hadir dan membahas persoalan penting dunia yaitu pertumbuhan ekonomi dunia dan pelestarian lingkungan," pungkas Hikmahanto.
Jokowi: Indonesia Ingin Menyatukan G20, Jangan Sampai Ada Perpecahan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia ingin menyatukan negara-negara G20 dalam KTT yang akan digelar di Bali pada November 2022.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam keterangan persnya, Jumat, (29/4/2022).
"Saya ingin menekankan bahwa Indonesia ingin menyatukan G20 jangan sampai ada perpecahan," kata Jokowi.
Baca juga: Berkunjung ke Eropa, Menlu RI Ingatkan Pentingnya G20 Bahas Krisis Energi
Baca juga: Diundang Jokowi ke KTT G20, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky: Terima Kasih atas Dukungannya
Presiden mengatakan perdamaian dan stabilitas adalah kunci bagi pemulihan dan pembangunan ekonomi dunia. G20 kata Presiden memiliki peran sebagai katalisator dalam pemulihan ekonomi dunia.
"Kalau kita bicara mengenai pemulihan ekonomi dunia maka terdapat dua hal besar yang mempengaruhi saat ini yaitu yang pertama Pandemi Covid-19 dan yang kedua perang di Ukraina," katanya.
Untuk diketahui Indonesia sendiri tetap mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin pada KTT G20 di Bali ditengah ancaman penolakan negara-negara Barat, karena invasinya ke Ukraina. Amerika mengancam memboikot KTT G20 di Bali, karena rencana hadirnya Rusia.
Jokowi menyampaikan undangan langsung melalui sambungan telepon kepada Putin pada Kamis, (28/4/2022). Sehari sebelumnya Jokowi juga menyampaikan undangan kepada Zelensky untuk hadir dalam KTT G20. (*)