"Bukan cape lagi. Kalau males malah enggak punya duit. Kita 24 jam (kerja). Enggak dapat hasil kalau nongkrong terus," ucap pria berambut gondrong itu.
Keterangan foto: Subur dan kawan-kawannya tengah beristirahat di pinggir jalan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (2/5/2022). (Tribunnews.com/Fersianus Waku)
"Kita pikirkan enggak sampai di situ (Shalat Id). Soalnya, kita lagi keadaan begini. Faktor ekonomi terlalu sempit. Boro-boro ingat ke situ," ujarnya.
Obrolan itu langsung dipotong Akam (43), pria asal Semarang, Jawa Tengah.
Baca juga: Sampel Nasi Boks Diduga Sumber Keracunan Massal di Pucangsawit Dikirim ke Labfor Polda JatengĀ
"Mau salat Id gimana orang kaosnya begini. Satu doang," ujarnya yang juga sebagai pemulung di kawasan Menteng.
Selain itu, takut diusir Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) juga menjadi suatu hal yang menakutkan bagi mereka.
"Masalahnya gini kita sudah dua kali kena garuk (razia). Kalau sudah kena garuk habis sudah. Apa yang kita punya habis," ungkap Akam lalu tertawa.
Akam menuturkan, mereka seminimal mungkin agar tak berhenti di pinggir jalan. Sebab seringkali gerobak diangkut Satpol PP.
"Ya kita hindari. Kita ngobrol begini ada mobil gandong lewat ya kita buru-buru pergi. Kalau enggak ya angkut," ucap.
Akam bahkan heran lantaran kerap kali disita. Padahal, katanya, mereka tak mendapatkan bantuan apa-apa dari pemerintah.
"Katanya melanggar. Padahal kita kan makan-makan sendiri. Itu anehnya pemerintah kita," ungkapnya.
Sama seperti Subur, Akam juga sudah 28 tahun tidak mudik. Kendati begitu, dia masih mengabari keluarganya di kampung.
"Kabar cuma lewat telepon doang. Cuman ya kita ngomong terus terang. Kalau piring Belum terisi, kita belum pulang. Itu aja kalau saya terus terang," ujarnya.