News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Geger Penyakit Mulut dan Kuku Jangkiti Ternak, Warga Panik 30 Sapi di Aceh Tamiang Mati

Penulis: Galuh Widya Wardani
Editor: Inza Maliana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kementan telah melakukan upaya mengatasi kejadian munculnya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada sapi di Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Lamongan.

TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 30 ekor sapi di Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang mati karena terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), baru-baru ini.

Ke-30 ekor sapi yang mati tersebut mayoritas merupakan anak sapi.

Kadis Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Aceh Tamiang, Safuan mengabarkan, sebelumnya pada 4 Mei 2022, 2.273 ekor sapi yang teinfeksi suatu penyakit menunjukkan gejala yang sama.

Yakni suhu tubuh hewan ternak itu tinggi dan terdapat bekas luka di kakinya.

"Yang terinfeksi sampai dengan tanggal 4 Mei 2022 sebanyak 2.273 ekor sapi yang teinfeksi (PMK)."

Baca juga: Apa Itu Virus PMK? Waspada Gejala Klinis PMK pada Sapi, Domba, Kambing, dan Babi

"Yang mati saat ini di angka 30-an, yang mati rata-rata anak sapi, yakni yang masih menyusui," kata Safuan dikutip dari tayangan Kompas TV, Rabu (11/5/2022).

Safuan mengatakan, pihaknya tidak dapat menjelaskan secara detail apa penyebab sapi-sapi ini mati.

"Kami tidak bisa menjelaskan secara detail, karena sapi ini mulai sakit seminggu sebelum lebaran itu tepatnya di Kecamatan Seruway, Kabupaten Aceh Tamiang."

"Tapi kami belum bisa mendeteksi apakah ini penyakit (Penyakit Mulut dan Kuku) PMK atau bukan."

"Tapi semakin hari yang terjangkit semakin banyak (yang terjangkit)."

"(Hingga) pada H-3 lebaran kami berkoordinasi dengan Balai Veteriner Medan untuk mendeteksi apa yang sebenarnya terjadi (pada sapi-sapi itu)."

Baca juga: Kementan Siapkan Langkah Darurat Penanganan Penyakit Mulut dan Kuku pada Sapi di Jawa Timur

"Pada saat itu kemudian kita melakukan pengambilan sampel dari darah, liur dan sedikit korengan-korengan luka yang ada di kaki," jelas Safuan.

Dan pada akhirnya dinyatakan positif PMK.

Safuan mengatakan, upaya terus dilakukan demi mempertahankan kesehatan hewan ternak itu.

"Sampai hari ini kita hanya melakukan penyuntikkan pada sapi yang sakit, yakni obat antibiotik, obat penurun panas dan vitamin."

"Karena sapi-sapi yang sakit ini rata-rata suhu badannya tinggi."

"Hingga saat ini, setelah dilakukan penyuntikkan, sudah banyak sapi-sapi itu yang bertahan, sudah bisa bangun, sudah bisa makan," lanjut Safuan.

Pengobatan ini, kata Safuan, baru dilakukan secara swadaya warga.

Baca juga: Pedagang: Harga Daging Sapi Rp 165.000, Masih Bisa Naik Lagi Setelah Idulfitri

"Sampai saat ini pengobatan yang kami lakukan adalah dengan swadaya, kemarin dapat bantuan dari provinsi tapi jumlahnya tidak mencukupi."

"Termasuk bantuan dari Dirjen yang jumlahnya sangat minim sekali, untuk satu desa pun tidak cukup."

"Pak Menteri rencananya akan turun (ke lapangan) besok, tetapi belum ada informasi lanjutan apakah benar akan datang atau tidak," kata Safuan.

Mereka berharap, dari pemerintah pusat dapat memberikan arahan kepada bupati-bupati di daerah lain.

Sebagai langkah antisipasi penyebaran secara luas, Safuan telah melakukan pembatasan-pembatasan aktivitas jual beli ternak pada masyarakat.

"(Usai) tanggal 7 hasil laboratorium menyatakan positif (PMK), kita secepatnya membuat surat pemberitahuan kepada Gubernur dan Menteri terkait yang isinya mengabarkan bahwa daerah kami merupakan daerah yang terjangkit wabah."

Baca juga: Ibu-ibu Catat Harga Terkini Komoditas Pangan di Pasar, Daging Sapi Rp 150.000

"Kita kemudian membuat surat edaran yang isinya pertama terkait dengan penutupan pasar hewan, soalnya setiap hari Minggu dan Kamis kita menggelar pasar hewan," jelas Safuan.

Selain itu, Safuan dan timnya telah memberikan surat perintah agar masyarakat tidak melakukan jual-beli daging.

"Kita juga memberikan surat kepada para pedagang dan agen-agen pengepul ternak agar menghentikan kegiatan jual beli ternak."

"Kita juga menghimbau kepada warga dari hati ke hati agar tidak panik menyikapi penyakit PMK ini," kata Safuan.

Pasalnya, ada kejadian warga yang panik dan gegabah lantas buru-buru menjual sapinya dengan harga murah.

"Kita juga menginformasikan kepada warga agar tidak panik dan gegabah untuk menjual ternak ini."

Baca juga: Ribuan Sapi di Jatim Diserang Penyakit Kuku dan Mulut, Mungkinkah Bisa Menular kepada Manusia?

"Karena kemarin ada enam ekor sapi yang dijual hanya Rp 12 juta karena mereka panik," jelas Safuan.

Ciri Gejala 

Mengutip Portal Resmi Kabupaten Bogor, berikut adalah ciri gejala klinis pada sapi yang terkena virus PMK:

1. Pyrexia (demam) mencapai 41°C, anorexia (tidak nafsu makan), menggigil, penurunan produksi susu yang drastis pada sapi perah untuk 2-3 hari, kemudian:

a. Menggosokkan bibir, menggeretakkan gigi, leleran mulut, suka menendangkan kaki: disebabkan oleh vesikula (lepuh) pada membrane mukosa hidung dan bukal serta antara kuku.

b. Setelah 24 jam: vesikula tersebut rupture/pecah setelah terjadi erosi.

c. Vesikula bisa juga terjadi pada kelenjar susu.

2. Proses penyembuhan umumnya terjadi antara 8 – 15 hari.

3. Komplikasi: erosi di lidah, superinfeksi dari lesi, mastitis dan penurunan produksi susu permanen, myocarditis, abotus kematian pada hewan muda, kehilangan berat badan permanen, kehilangan kontrol panas.

Penyebab

Penyebab Penyakit Mulut dan Kuku ini dikabarkan karena terjangkitnya virus tipe A dari family Picornaviridae, genus Apthovirus.

Dengan masa inkubasi atau masa sejak hewan tertular penyakit sampai timbul gejala penyakit, yakni 2 sampai 14 hari.

(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini