22. Bangkit melawan ketidakadilan, bangkit melawan keserakahan, dan bangkit demi kesejahteraan. Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2022.
23. Mari bersama jaga semangat nasionalisme dan terus kobarkan api semangat perjuangan. Selamat Hari Kebangkitan Nasional 2022.
24. "Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemudi kita tidak bisa, jika memang mau berjuang." - Abdul Muis
25. Selamat Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2022. Meskipun menghadapi masa pandemi yang sangat berat, mari bangkit dan tetap optimis demi kehidupan yang lebih baik.
Baca juga: LINK TWIBBON Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2022, Lengkap dengan Cara Membuatnya!
Baca juga: Mengenal Budi Utomo, Organisasi Pelopor Gerakan Kebangkitan Nasional
Asal-usul Hari Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional merupakan masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang.
Pada 1912, berdiri Partai Politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij.
Pada tahun itu juga, Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (di Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.
Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada 1905 di Pasar Laweyan, Solo.
Serikat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu.
Kemudian, berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.
Pada 20 Juli 1913, Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis "Als ik eens Nederlander was" yang memiliki arti "Seandainya aku seorang Belanda".
Ia memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda.
Karena tulisan tersebut, dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka.
Tetapi, karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda.
Di sana, Suwandi justru belajar ilmu pendidikan.
Sementara itu, dr. Tjipto dipulangkan ke Hindia Belanda karena sakit.
Tanggal berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
(Tribunnews.com/Latifah/Sri Juliati)