Dia menjelaskan, dengan mengusung prinsip entrepreneurialship, maka seluruh staf harus melakukan yang terbaik.
"Untuk menciptakan pemimpin perempuan, maka perempuan harus kuat lebih dulu. Mulai dari kemampuan mengurus diri sendiri, contohnya membersihkan kamar tidurnya sendiri; mengurus keluarganya; selanjutnya ditempa menjadi pemimpin. Umumnya, pemimpin perempuan yang berhasil adalah mereka yang berhasil di dalam rumah tangganya,” ungkapnya.
Rektor Universitas Gunadarma, Margianti memaparkan selama memimpin kampus Gunadarma, dia menjalankan beberapa prinsip. "Pertama, kami semua tumbuh bersama (we all grow together). Kedua, saling win win, saling asah, saling asuh. Ketiga, damage control. Keempat, trouble conviyer,” kata Margianti.
Dr. ir. Paristiyanti Nurwardari, M.P., Ketua LLdikti Wilayah III menekankan, ada tiga tugas utama Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI). Pertama, meningkatkan mutu layanan PTN dan PTS di wilayahnya.
Kedua, peningkatan mutu dosen. Ketiga, penyiapan lima klinik mutu untuk memperhatikan setiap individu dosen dan mahasiswa untuk mempercepat implementasi kampus merdeka belajar,” ujarnya.
Perempuan harus adaptif, inovatif, dan berdaya. Saat ini, mahasiswa perempuan di Indonesia 56 persen. Lalu, 38 persen pemimpin PTS di Jakarta adalah perempuan. "Saya yakin, ke depan, perempuan akan berpotensi untuk menjadi pemimpin. Yang penting, perempuan harus inovatif dan kolaboratif. Selanjutnya, be the best with your uniqueness,” ujarnya.
Diskusi panel kedua membahas tema Kepemimpinan Perempuan dalam Tata kelola Merdeka Belajar, Kampus Merdeka dengan menghadirkan Rektor UIN Prof. Dr. Amany Lubis, MA dan Prof. Sofia A, Rektor Universitas Bakrie, serta Dr. Illah Sailah, Rektor Universitas Binawan.
Prof. Dr. Amany Lubis, MA menekankan bahwa kepemimpinan perempuan itu adalah keteladanan yang dihasilkan dari tempaan dirimya untuk bisa menjadi pemimpin dengan persiapan, seperti bekal, ilmu, karakter, dan sebagainya.
“Mulai dari mencontoh hal-hal baik, hingga mencontoh tokoh di sekitar atau keluarga kita. Dan, kepemimpinan ini harus dilakukan secara berkelanjutan, “ ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, LSPR Institute juga meluncurkan LSPR Centre for Leadership untuk ambil bagian dalam mengembangkan kapasitas kepemimpinan mahasiswa.
L:embaga ini akan mendorong siswa untuk berpikir visioner, jauh ke depan. Menjadi pemimpin yang berorientasi pada data, sehingga menciptakan pemimpin masa depan.
"LSPR Centre for Leadership (LSCL) diharapkan dapat menjadi wadah bukan hanya untuk Civitas akademika LSPR saja namun juga untuk organisasi dan masyarakat dalam dunia pendidikan untuk pe ngembangan kemampuan kepemimpinan agar bermanfaat bagi sesama," ungkap Prita.
Dr. Andre Ikhsano, M.Si, Rektor Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR menyatakan, peran pemimpin dalam pendidikan adalah untuk menentukan arah dan strategi, menjadi pusat koordinasi, menjadi sumber motivasi, dan dapat ditiru oleh seluruh rekan kerja dalam suatu organisasi. "LSPR Centre for Leadership diharapkan menjadi wadah untuk meningkatkan kompetensi, kapasitas dan kapabilitas di bidang leadership,“ ujarnya.