"Dari sinilah Ketuhanan menurut Bung Karno tak bisa dipersempit menjadi ketuhanan bagi agama tertentu," kata Hariyono, dilansir laman BPIP.
Keistimewaan dari Ende lainnya adalah masyarakat Ende memiliki kemandirian.
Ini terbukti bahwa Ende baru bisa takluk dan dijajah oleh Belanda pada 1917.
Baca juga: Mengenal Rumah Pengasingan Ir Soekarno di Ende yang Dikunjungi Jokowi
Baca juga: Ribuan Warga Ende Tumpah ke Jalan, Sambut Kunjungan Presiden Jokowi dan Ibu Negara
Hariyono mengatakan, masyarakat Ende sangat mendukung toleransi.
Meskipun, ada etnis dan agama yang berbeda, tetapi masyarakatnya saling berinteraksi.
"Bung Karno menilai Ende adalah miniaturnya Indonesia," kata Hariyono.
Ende juga merupakan wilayah yang mencerminkan kemaritiman Indonesia.
Ketika Bung Karno pidato pada 1 Juni 1945, dikatakan bahwa Indonesia bukan hanya kelautan tetapi lautan yang ditaburi pulau-pulau.
Sehingga, negara kepulauan ini tak bisa disatukan jika tidak memiliki dasar negara yang berakar dari nilai-nilai masyarakat.
"Maka ketika di Ende, lima mutiara (sila Pancasila) sudah terlihat dan itulah peran Ende," lanjut Hariyono yang merupakan guru besar sejarah dari Universitas Negeri Malang ini.
Hariyono mengatakan, Ende adalah salah satu rahim proses kelahiran Pancasila dengan keistimewaannya.
Oleh karenanya, BPIP ingin peringatan hari lahir Pancasila ke depannya dirayakan di daerah-daerah yang memiliki peran dalam proses sejarah terbentuknya Pancasila.
"Ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa Pancasila itu bukan hanya milik orang Jawa, tetapi ada Bengkulu, Banda, hingga Boven Diegul," kata Prof Hariyono.
Sementara, Direktur Hubungan Antar Lembaga dan Kerjasama BPIP Elfrida Herawati Siregar mengatakan, Ende adalah salah satu tempat Bung Karno menggali nilai-nilai Pancasila.
Dan, masyarakat Ende selalu menjaga nilai-nilai Pancasila yang digali Bung Karno.
"Masyarakat Ende menjaga legacy Bung Karno tentang nilai-nilai Pancasila yang digali di Ende," kata Elfrida.
(Tribunnews.com/Tio)