Ketertarikannya untuk membuat sepeda bambu sendiri didukung dengan latar belakangnya yang berprofesi sebagai desainer.
Selain itu, ia yang berasal dari Temanggung Jawa Tengah, di lingkungan tempat ia tinggal tersedia melimpah pepohonan bambu.
Baca juga: Kapolri Ungkap Soal Manfaatkan Wilayah Pemandangan Indah jadi Trek Sepeda: Bisa Kembangkan UMKM
Baca juga: Pesepeda Penjelajah Nusantara Itu Kini Tiada, Teguh Meninggal saat Gowes Menuju IKN di Kalimantan
Dilansir laman Spedagi, Singgih mulai mengembangkan desain sepeda bambu pada 2013 silam.
Kemudian, akhir tahun 2014 kegiatan produksi dimulai seiring penyempurnaan berkelanjutan dalam hal desain dan proses produksi.
Pada akhirnya dipilihlah Bambu Petung (Dendrocalamus asper) salah satu jenis bambu terkuat dan tersedia melimpah di pedesaan.
Bambu petung memiliki diameter besar dan dinding tebal ini sehingga kuat dan memungkinkan membuat batang rangka sepeda dengan ukuran seragam.
Sumber inspirasi untuk meningkatkan kekakuan batang bambu ialah konstruksi bilah tangkup “usuk bambu” kerangka atap rumah di pedesaan.
Batang bambu bilah tangkup kemudian dihubungkan sambungan metal khusus (lugs) yang diproduksi tenaga lokal menjadi kerangka sepeda.
Paduan batang bilah tangkup dengan penampang oval dan lugs metal menghasilkan desain frame yang bukan hanya indah dan berbeda, namun juga kuat dan nyaman digunakan.
Dengan bahan bambu petung itu, Sepeda Bambu Spedagi lolos uji kendara Jakarta – Madiun sejauh 750 km, dengan total beban 90 kg, tanpa kerusakan apapun.
Spedagi sendiri kini memiliki beberapa pilihan desain yang dirancang untuk penggunaan yang berbeda-beda.
Setidaknya ada empat model yang tersedia saat ini, diantaranya Spedagi Dwiguna (dual track), Spedagi Dalamrata, Spedagi Gowesmulyo (joybike), dan Spedagi Rodacilik (minivelo).
Spedagi Dwiguna dirancang untuk yang menyukai bersepeda di jalur jalan raya dan track kasar pedesaan.
Untuk Spedagi Dalanrata bisa menjadi pilihan bjika menyukai bersepeda pada track panjang jalan raya yang mulus.