Keberadaan Stasiun Weltevreden otomatis mengganti peranan Halte Koningsplein.
Stasiun baru ini memiliki atap besi yang ditopang tiang besi cor.
Stasiun ini melayani perjalanan kereta jarak jauh seperti Bandung dan Surabaya.
Pada tahun 1937, nama Stasiun Weltevreden diganti menjadi Stasiun Batavia Koningsplein.
Saat itu juga stasiun sudah menjadi stasiun tersibuk di Hindia Belanda.
Hampir seluruh kereta jarak jauh utama dan semua kereta ke Bogor singgah di stasiun ini.
Stasiun Batavia Koningsplein dikenal pula dengan Stasiun Gambir.
Terkait penamaan Gambir belum diketahui kapan pastinya, diduga sekitar tahun 1922.
Saat itu masyarakat menyebut Koningsplein dengan Lapangan Gambir, konon kabarnya karena di lapangan tersebut tumbuh Pohon Gambir.
Pohon yang getahnya dapat disadap sebagai bahan baku pembuat gambir, salah satu bumbu untuk menyirih.
Stasiun Gambir yang baru dibuka untuk umum bersamaan dengan peresmian jalur pada Jumat, 6 Juni 1922.
Presiden Soeharto meresmikannya, dengan ditandai dioperasikan Kereta Api Listrik (KRL).
Sebelumnya, presiden terlebih dahulu membeli karcis di loket Stasiun Gambir.
Stasiun baru ini memiliki tiga lantai, lantai pertama untuk loket penjualan tiket, lantai kedua sebagai ruang tunggu penumpang yang dilengkapi toilet, pertokaan serta restoran dan beberapa kantor pegawai, sedang lantai merupakan peron bagi para penumpang.