Kenaikan Tiket Ditunda
Untuk diketahui, pemerintah menunda keputusan kenaikan tiket naik Candi Borobudur.
Pemerintah masih akan mengkaji keputusan tersebut.
Sementara itu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno ingin semua pihak menjaga kelestarian Candi Borobudur.
Ia juga mengimbau masyarakat agar pembahasan tentang tiket masuk tidak menimbulkan perpecahan.
Diberitakan Tribunnews, Sandiaga mengatakan tiket masuk ke kawasan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah, masih tetap Rp50 ribu untuk wisatawan nusantara (wisnus).
"Jadi yang harus digarisbawahi, harga tiket masuk kawasan candi tetap Rp50 ribu bagi wisnus dan 25 dolar AS untuk wisatawan mancanegara dan untuk pelajar (grup Study Tour sekolah/bukan individual) adalah Rp5.000," ujar Sandiaga dalam keterangannya, Rabu (8/6/2022).
Sandiaga menjelaskan, apa yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan kemarin (4/6/2022) merupakan gerak lintas kementerian/lembaga, pemerintah pusat dan daerah, serta stakeholders pariwisata untuk menjaga atau melestarikan bangunan candi dan konservasi.
Hal ini berdasarkan rekomendasi dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) dan banyak pakar atau ahli.
“Harapan kita, Candi Borobudur ini lebih dari sekadar destinasi wisata."
"Borobudur ini adalah peradaban kita dan ini adalah peninggalan sejarah, kelestarian budaya, bagaimana kita bisa memastikan Borobudur ini ramah terhadap lingkungan."
"Laporan terakhir batu-batu di Candi Borobudur mengalami degradasi drastis tingkat keausannya,” ujarnya.
Untuk itu, lanjut Sandiaga, pihaknya akan mendorong kawasan penyangga candi berusia 1197 tahun, seperti destinasi wisata atau desa-desa wisata di sekitar Borobudur, sehingga wisatawan tidak terpusat untuk mengunjungi candi secara bersamaan.
“Kita memastikan Borobudur ini satu situs yang harus kita jaga."
"Dan akhirnya kita juga harus memikirkan dampak terhadap masyarakat, sosio ekonomi, dan apa yang kita lakukan sejalan dengan pariwisata yang berkualitas, berbasis komunitas, dan juga pariwisata berkelanjutan,” ujarnya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto/Dennis Destryawan)