TRIBUNNEWS.COM - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jabodetabek kembali turun ke level 1.
Padahal sebelumnya, pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menetapkan Jabodetabek masuk dalam kategori level 2 yang dimulai pada 5 Juli-1 Agustus 2022.
Direktur Jenderal Administrasi Wilayah Kemendagri Safrizal ZA menyebut perubahan ini didasari oleh pelandaian kasus Covid-19 di wilayah Jabodetabek.
Mempertimbangkan hal itu, wilayah aglomerasi Jabodetabek dapat kembali ke level 1.
"Meskipun berdasarkan indikator transmisi komunitas wilayah aglomerasi Jabodetabek berada pada level 2, tetapi dalam satu minggu terakhir kami melihat terjadi tren pelandaian (flattening) yang mengindikasikan wilayah aglomerasi Jabodetabek telah melewati puncak."
"Dengan perkembangan tersebut, kami memperkirakan wilayah aglomerasi Jabodetabek dapat kembali ke level 1 dalam 1 atau 2 minggu ke depan," kata Safrizal dikutip dari Kompas.com, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Pasien Covid-19 Berpotensi Alami Long Covid-19, Pakar Epidemiolog Ungkap Pentingnya Pencegahan
Selain itu, kata Safrizal, tingkat rawat inap dan kematian yang masih rendah dan terkendali.
Sehingga, perubahan secara cepat ini dilakukan.
"Kami memutuskan untuk merevisi level PPKM wilayah aglomerasi (Jabodetabek) menjadi level 1," lanjut Safrizal.
Kebijakan ini, lanjut Safrizal, tak terlepas dari aspek ekonomi.
"Langkah ini dilakukan untuk tetap menjaga aspek kesehatan (namun juga) dengan memperhatikan tren pemulihan ekonomi yang terus berlanjut," kata Safrizal.
Kasus Subvarian BA.4 dan BA.5 Masih Tergolong Rendah
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut peningkatan kasus yang terjadi di Indonesia masih tergolong rendah.
Padahal di luar negeri, puncak kasus terjadi dalam 30 hari sampai 40 hari sejak pertama kali kasus ditemukan.
"Nah Indonesia ini sudah sekitar 30 hari (sejak subvarian BA.4 dan BA.5 pertama ditemukan), jadi kita mungkin masih ada waktu satu atau dua minggu kedepan."
"Kalau kita bandingkan dengan negara lain, seharusnya puncaknya sudah tercapai."
"Jadi biasanya itu puncak tercapai kalau dominasi satu varian itu sudah tinggi.
"Nah sekarang di Indonesia BA.4 dan BA.5 itu sudah lebih dari 80 persen dari pertama kali ditemukan, bahkan untuk di DKI Jakarta, sudah 100 persen (masyarakat itu terinveksi) varian BA.4 dan BA.5," jelas Menkes secara virtual melalui YouTube Sekretariat Presiden, Senin (4/7/2022).
Baca juga: Ahli Sebut PPKM Masih Penting Sebagai Strategi Pengendalian Covid-19
Jika melihat saat varian Delta mendominasi atau sudah hampir seratus persen dari populasi virusnya, itu mulai terjadi penurunan.
Termasuk juga pada saat Omicron, apabila itu sudah hampir seratus persen dari yang kita temukan pertama kali, maka penurunan kasus mulai terjadi.
"Jadi sekarang kita juga melihat walaupun kasus yang naik, tapi pelandaian mulai terjadi baik di Jakarta maupun di Indonesia," tegas Menkes Budi.
Namun, kata Menkes, pemerintah tetap menghimbau kepada masyarakat agar senantiasa waspada menghadapi kenaikan kasus, karena pandemi belum selesai.
Orang nomor satu di Indonesia itu, sambung Menkes Budi, juga menyampaikan terima kasih karena masyarakat Indonesia sudah tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dan booster.
Baca juga: Menkes Sebut Indonesia Jauh Lebih Baik dari Negara Lain dalam Hadapi Kasus Omicron BA.4 dan BA.5
"Kita Juli ini sudah terbukti tiga bulan kita bisa lewati dengan jauh lebih baik dibandingkan negara lain."
"Kalau nanti tiga bulan berikutnya, Agustus-September kita bisa mengendalikan jumlah kasus kita, maka kita akan menjadi salah satu negara di dunia yang benar-benar bisa menjaga pandemi ini."
"Sehingga kedepannya kita akan lebih yakin, confidence masyarakat lebih tinggi untuk beraktivitas dan kalau mereka beraktivitas maka kegiatan ekonomi kita akan bisa jalan dengan baik," pungkas Menkes Budi.
(Tribunnews.com/Galuh Widya Wardani)(Kompas.com/Vitorio Mantalean)