Brigadir Yosua selalu aktif memberi komentar setiap foto yang dia lihat dipost oleh adiknya.
Brigadir Yosua seyogyanya ingin ikut pulang ke kampung halaman namun ia bertugas.
Saat itu, Brigadir Yosua sedang mendampingi keluarga perwira tinggi Polri tersebut ke Magelang.
Kemudian berkomunikasi dengan sang ibu ia akan kembali ke Jakarta.
"Waktu itu masih aktif chatingan, setiap foto-foto selalu dikomentari. Dia bilang enak ya, katanya sama adiknya," jelas Samuel.
Merka memperkirakan perjalanan Magelang menunu ke Jakarta sekira 7 jam.
Kemudian, mereka menghubungi Brigadir Yosua untuk memastikan apakah sudah tiba di Jakarta.
Namun saat itu Brigadir Yosua tidak bisa dihubungi dan semua kontak di keluarganya telah diblokir. "Semua di blokir, kakaknya dan yang lainnya di blokir," katanya.
Tidak berselang lama, mereka mendapat kabar Brigadir Yosua telah meninggal dunia.
Mirisnya, informasi tersebut tidak mereka terima langsung dari kepolisian melainkan dari adik kandung korban yang juga bertugas di Mabes Polri.
Tidak hanya itu, ia juga mengaku tidak dimintai persetujuan terkait proses autopsi yang dilakukan terhadap anaknya.
Ia mendapati Brigadir Yosua sudah dalam kondisi lebam di sekujur tubuh dan luka tembak di dada, tangan, leher dan bekas jahitan hasil autopsi.
"Tidak ada meminta persetujuan keluarga atas autopsi yang dilakukan," katanya.
Kejanggalan masih berlanjut, saat jenazah Brigadir Yosua tiba pihak keluarga sempat tidak diizinkan untuk melihat atau membuka pakaian korban.