News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kasus Pemalsuan Air Galon Isi Ulang Terus Berulang, YLKI: Keamanan Produk Asli Diragukan

Penulis: Matheus Elmerio Manalu
Editor: Firda Fitri Yanda
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi air minum galon.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Baru-baru ini, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan kasus pemalsuan air galon isi ulang. Polisi berhasil menggebrek dan menangkap pelaku pengoplosan galon air mineral ulang di Panggung Rawi, Cilegon, Banten, pada Sabtu siang (16/7/2022).

Kasus yang kembali berulang ini membuat Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyoroti produsen air minum untuk segera mengambil langkah tindak lanjut dalam memperbaiki keamanan produknya, karena air mineral adalah salah satu komoditi yang paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia.

YLKI sebagai lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, sebenarnya sudah sering mengingatkan agar konsumen berhati-hati terhadap air kemasan palsu. Apalagi para pelaku bisnis galon dan botol air mineral palsu sudah mengetahui cara membuat galon, botol, dan segel merek ternama terlihat benar- benar asli. Pasalnya, mereka menggunakan galon dan tutup asli brand ternama, hanya mengoplos isinya.

“Penelitian YLKI juga menunjukkan banyak beredar air minum kemasan yang tidak memenuhi standar air minum,” kata Pengurus Harian YLKI, Eliyani.

Tak hanya itu, Eliyani juga mengatakan, sangat bahaya jika air mineral yang banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia mudah dipalsukan.

“Betapa bahayanya kalau air mineral dari brand yang paling banyak dikonsumsi masyarakat mudah sekali dipalsukan. Tutupnya dijual di mana-mana dan sama persis dengan tutup yang asli, sehingga masyarakat sulit membedakan mana yang asli dan yang palsu. Bisa dibilang keamanan air mineral dalam kemasan seperti ini jadi sangat diragukan,” kata Eliyani.

Agar konsumen tetap aman, YKLI juga membeberkan apa saja yang harus dilakukan konsumen untuk memasikan keamanan air mineral yang dikonsumsi.

Pertama, secara fisik air mineral palsu warnanya agak keruh. Jadi konsumen perlu mengocok AMDK terlebih dulu, dan jika ada perubahan warna setelah dikocok, sebaiknya jangan diminum.

Kedua, perbedaan bau air mineral asli dan palsu. Air mineral asli tidak berbau. Sementara yang palsu dan sudah terkontaminasi menimbulkan bau yang tidak biasa.

Ketiga, air mineral palsu lebih kesat sehingga menimbulkan rasa, seperti ada debu-debu menempel di langit-langit mulut.

Keempat, konsumen harus lebih teliti dan tidak terjebak dengan merek dagang besar. Konsumen juga harus memeriksa tanggal kadaluwarsa dan izin produksi, serta pastikan tutup tidak bocor.

Selain YKLI, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Rizal Halim menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kajian terkait fenomena pemalsuan air minum kemasan dalam galon.

Kajian yang dilakukan BPKN telah menghasilkan sejumlah poin-poin rekomendasi, dan hasilnya telah dikirimkan kepada Pemerintah Daerah setempat melalui Dinas Kesehatan.

“Soal galon isi ulang ini sudah menjadi kajian kami sejak tahun lalu, dan rekomendasinya sudah kami berikan kepada Pemerintah Daerah atau Dinas,” ujar Rizal kepada Tribunnews, Senin (25/7/2022).

Dalam kajian tersebut, terdapat tiga poin rekomendasi. Pertama, rekomendasi terkait kehigienisan air galon isi ulang.

Kedua, pengawasan atas kerentanan terkontaminasi mikroplastik baik pada saat pengambilan di sumber, distribusi, hingga tempat penyimpanan air minum kemasan galon.

Dan ketiga, meminta Dinas Kesehatan setempat untuk melakukan monitoring secara berkala, terkait dengan izin, pembersihan tangki, dan mengevaluasi sumber tempat pengambilan air.

“Rekomendasi itu dulu yang kita sampaikan. Semoga ini direspon dengan baik oleh Dinas Kesehatan setempat,” ungkap Rizal.

Produsen harus segera mengambil langkah untuk meningkatkan keamanan produk

Tidak hanya memberikan panduan kepada konsumen terkait keamanan air mineral yang dibeli, YLKI juga meminta produsen air minum untuk melakukan Langkah-langkah yang perlu dilakukan agar kasus-kasus pemalsuan air mineral tidak lagi terulang, dengan meningkatkan keamanan produk.

Salah satu praktisi air kemanasan bahkan mengungkapkan bahwa produsen air minum sebaiknya menerapkan teknologi perlindungan kemasan dan menambahkan segel tutup galon atau botol yang sulit ditiru.

Tak hanya itu, agar kejadian yang serupa tidak terjadi lagi, Ketua BPKN Rizal meminta seluruh pihak untuk bekerjasama. Termasuk para pelaku usaha dan juga Asosiasi.

“Di sisi lain kita juga meminta pelaku usaha di industri ini untuk bisa melakukan penertiban di sektornya,” papar Rizal.

“Jadi Asosiasinya juga dapat ikut berpartisipasi, kemudian membantu Pemerintah Daerah dan Kabupaten/Kota untuk bisa menghindari perbuatan-perbuatan kegiatan pemalsuan dan lain sebagainya,” pungkasnya.

Pemalsuan air galon isi ulang terus berulang

Kasus pemalsuan air galon isi ulang hampir setiap tahun ditemukan di banyak tempat di Indonesia. Kepolisian mencatat, hampir setiap tahun terjadi penggerebekan komplotan pengoplos air minum isi ulang, seperti di Bantul (2011), Kota Depok (2016), Tangerang Selatan (2017), Tangerang (2018), Pandeglang (2018), Magetan (2020), dan Cilegon (2022), hingga yang terbaru, yang terjadi di sebuah depo agen galon air mineral di Panggung Rawi, Cilegon, Banten.

“Pada Sabtu, 16 Juli 2022, sekitar pukul 13.00 WIB, anggota kami melaksanakan patroli, kemudian menemukan ada salah satu agen minuman yang mengganti merek salah satu kemasan galon air minum dengan kemasan merek air mineral ternama,” kata Kapolres Cilegon, AKBP Eko Tjahyo Untoro, kepada para jurnalis, Jumat (22/7/2022).

Dalam penangkapan itu, lima orang pelaku yang sehari-harinya dikenal sebagai agen penyalur air mineral diamankan oleh polisi. Kelima pelaku itu memiliki peran masing-masing dalam pengoplosan galon air mineral isi ulang.

“Dua orang anak buahnya mempersiapkan dan membersihkan galon, untuk selanjutnya diisi dengan air depo. Pelaku lainnya bertugas mengganti tutup galon dengan tutup galon air mineral merek ternama yang sudah dibeli dengan harga 5.000 per satuan,” kata AKBP Eko.

Dijelaskan juga oleh AKBP Eko, bahwa para pelaku bisa memproduksi kurang lebih 100 galon atau dalam satu bulan bisa memproduksi sebanyak 2.500 galon. Bahkan mereka sudah beroperasi selama dua tahun.

“Mereka menjual galon yang sudah ditempel merek dan tutup botol kemasan merek ternama dengan harga Rp16.000 per galon, padahal modal isi ulangnya cuma Rp5-6 ribu. Jika ditotal, komplotan pengoplos galon ini meraup keuntungan hingga mencapai Rp28 juta per bulan. Aktivitas pengoplosan ini sudah berlangsung selama dua tahun,” jelasnya lagi.

Namun, dalam penangkapan itu, inisial SS yang merupakan pemasok tutup botol galon merek ternama yang digunakan untuk mengelabui konsumen masih dalam pencarian dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO).

Kasus pemalsuan air isi ulang ternyata juga terjadi di India pada tahun 2006 dan 2008. Modus pelaku adalah mengisi air keran ke botol bekas kosong lalu dijual ke pasaran dengan harga murah.

Koran The Hindustan Times secara gamblang menggambarkan praktik bisnis ini dengan kalimat “... sangat laku terjual saat musim kemarau tiba dan amat sangat menguntungkan sebab pembuatannya tidak memerlukan modal besar.”

The Hindustan Times juga mengatakan bahwa sikap abai para pembeli pada segel tutup botol di air botolan membuat bisnis air botolan palsu ini laku keras di India.

Di Indonesia, praktik pengoplosan air minum ini bahkan hingga memakan korban. Pada tahun 2018, air galon palsu membuat seorang korban bernama Andi (15) menderita diare parah dan muntah-muntah sampai dirawat di Rumah Sakit.

Remaja yang tinggal di sebuah kompleks perumahan di Tangerang, Banten, ini meminum air mentah yang bersumber dari air galon mineral palsu yang diproduksi tetangganya sesama penghuni kompleks perumahan.

Di Indonesia, lebih parahnya lagi, komplotan pengoplos sudah biasa memasukkan air keran dan air sumur ke dalam galon air minum isi ulang.

Bahkan untuk kemasan botolan, para pelaku nekad mengisi air yang sumbernya dari tempat-tempat berbahaya, seperti sumur, sungai, bahkan air got. Para pelaku bahkan berani memasukkan bahan kimia, seperti borak dan tawas agar air terlihat jernih dan bersih.

Praktik ini, menurut YLKI tentu saja sangat merugikan konsumen. Namun karena potensi bisnisnya yang mudah, murah, dan cepat memberikan keuntungan besar, para pelaku pun tidak pernah jera, sehingga kejadian pemalsuan air galon isi ulang terus berulang.

Maka dari itu, YLKI meminta agar berbagai pihak perlu bekerja sama untuk mencegah agar kasus-kasus pemalsuan air mineral tidak kembali terulang dan meredam kecemasan masyarakat.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini