News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

HUT Kemerdekaan RI

Jelang HUT Ke-77 RI, Jam'iyah Batak Muslim Indonesia Gelar Kajian Kebangsaan Hadirkan Gus Miftah

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jamiyah Batak Muslim Indonesia gelar Kajian Kebangsaan menjelang HUT ke-77 RI di Gedung Serbaguna, Sampali, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Minggu (14/8/2022) sore.

TRIBUNNEWS.COM, DELI SERDANG - Jam’iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) mengajak masyarakat Sumatera Utara (Sumut) menjaga dan memegang teguh falsafah Dalihan Na Tolu.

Sebagai sebuah kearifan hidup, falsafah ini merupakan warisan berharga bagi masa depan masyarakat Batak khususnya dan peradaban kemanusiaan pada umumnya.

Seruan ini mengemuka dalam Kajian Kebangsaan menjelang HUT ke-77 RI yang digelar di Gedung Serbaguna, Sampali, Percut Sei Tuan, Deli Serdang, Minggu (14/8/2022) sore.

Kajian Kebangsaan yang menghadirkan kiai nyentrik Miftah Maulana Habiburrahman atau biasa disebut Gus Miftah ini dihadiri oleh sedikitnya 10 ribu jamaah yang terdiri dari keluarga besar JBMI, masyarakat Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Binjai, Langkat, dan daerah-daerah sekitarnya.

Tampak hadir pula Ketua MUI Sumatera Utara KH Maratua Simanjuntak, Bupati Deli Serdang Ashari Tambunan yang sekaligus Ketua Dewan Pembina DPP JBMI, dan Forkopimda serta unsur terkait lainnya.

“Dalihan Na Tolu membawa pesan persatuan dan kesatuan yang harus diamalkan oleh seluruh masyarakat Batak. Sebagai wawasan dan budaya luhur ini harus terus kita pegang bersama,” kata Ketua Umum DPP JBMI Arif Rahmansyah Marbun dalam keterangannya.

Ia menjelaskan Dalihan Na Tolu secara kebudayaan merupakan kerangka hubungan kekerabatan darah dan perkawinan yang mempertalikan kelompok.

Sedangkan dari segi ajaran, Dalihan Na Tolu melambangkan tiga kultur kehidupan masyarakat Batak.

Pertama yaitu Somba Marhula-hula atau saling menghormati. Kedua yaitu Manat Mardongan Tubu atau saling menghargai.

Dan ketiga yaitu Elek Marbobu atau saling menyayangi.

“Inilah tiga nilai humanisme masyarakat Batak yang bukan saja luhur tapi juga sangat bersesuaian dengan semangat ajaran agama. Suatu ajaran yang sangat penting dalam memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara,” urai Arif.

Baca juga: Memahami Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari Segala Aspek Kehidupan

Menurut Arif, demi memperkuat kebangsaan itu pula yang mendasari Kajian Kebangsaan bersama Gus Miftah itu mengambil tema “Merawat Kebhinekaan, Menjaga Keutuhan NKRI.”

“Kita warga Batak ini mewarisi sebuah wawasan sosial-kultural yang cukup kuat. Melalui para orang tua dan leluhur, kita secara turun temurun mengenal dan memegangi sebuah pesan Dalihan Na Tolu,” ujarnya.

Sementara dalam tausyiahnya, Gus Miftah mengajak seluruh elemen masyarakat Batak untuk merawat kebhinekaan dan menjaga keutuhan NKRI.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini