News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polisi Tembak Polisi

45 Menit Bertemu, Ferdy Sambo Cuma Nangis-nangis. . .

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengungkap drama Ferdy Sambo yang menangis-nangis saat bertemu Komisioner Komnas HAM, Choirul Anam.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik menceritakan hasil pertemuan anak buahnya di Komnas HAM Choirul Anam usai bertemu Irjen Fedrdy Sambo saat masih menjadi Kadiv Propram Polri.

Di pertemuan yang berlangsung selama sekitar 45 menit tersebut Ferdy Sambo menangis-nangis di depan Choirul Anam ihwal kejadian yang menimpa Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, ajudannya yang tewas.

Taufan lalu menyebutkan, Choirul Anam mengungkap pertemuannya dengan Sambo sehari kemudian.

"Terus besok pagi baru dijelaskan, 45 menit katanya (Ferdy Sambo) cuma nangis-nangis, seperti yang digambarkan Pak Mahfud MD (dalam RDP dengan Komisi III DPR RI) itu," kata Taufan.

"Ya dia (Sambo) bilang, 'Kenapa bukan saya yang bunuh'. Cuma begitu-begitu. Saya diceritain Anam baru besoknya (usai pertemuan Anam dan Sambo pada 11 Juli), karena malam itu saya nggak ngelihat ada yang serius. Jadi saat saya baca berita setelah saya main badminton, saya lihat, loh, saya panggil (Anam) besoknya," kata Taufan Damanik.

Curiga Sejak Awal

Mendengar cerita Anam itu, Taufan sudah menaruh curiga terhadap Ferdy Sambo.

"Apa kemarin pembicaraannya?' Dia (Anam) ceritakanlah. 'Wah bahaya ini kamu. Bahaya, Nam'. Justru dari awal saya jadi curiga gara-gara itu. Dengan pikir sebaliknya," cerita Taufan.

Taufan lantas mengungkit saat dirinya menemui Sambo di Mako Brimob. Saat itulah dia mengaku berang terhadap Sambo karena memanggil anak buahnya.

Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik.

Taufan menuturkan, pada 12 Agustus 2022 dia pernah melakukan pemeriksaan terhadap Irjen Ferdy Sambo di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, dalam kapasitas dirinya sebagai Ketua Komnas HAM.

Saat memeriksa Ferdy Sambo, Ahmad Taufan Damanik ditemani 2 komisioner Komnas HAM lainnya yakni Choirul Anam dan Beka Ulung Hapsara dan tiga orang staf.

Ketua Komnas HAM juga sempat murka kepada Ferdy Sambo.

Baca juga: Fahmi Alamsyah, Sahabat Ferdy Sambo: Itu Penasihat Ahli yang Tidak Ahli, Tak Ada Track Recordnya

Taufan mengaku murka lantaran Sambo pernah memanggil salah satu komisioner Komnas HAM, yaitu Choirul Anam pada Senin (11/7/2022).

Pertemuan Ferdy Sambo dan Anam itu terjadi sebelum kasus Brigadir J mencuat ke publik.

Melansir Tribunnews.com, Taufan menjelaskan, pada tanggal 11 Juli 2022 sekira pukul 12 siang, Anam dia tugaskan sebagailiaision officer (LO) terkait kerja sama Komnas HAM dengan Polri.

Choirul Anam sempat meminta izin untuk bertemu Sambo. Taufan kemujdian memberikannya izin karena memang Anam yang bertugas untuk itu.

Baca juga: Daftar 15 Saksi di Sidang Etik Ferdy Sambo, Dua dari Luar Patsus Bareskrim

Taufan menjelaskan selama ini Anam adalah orang yang sangat disiplin dalam melaporkan pekerjaan kepadanya.

Hal tersebut, kata dia, termasuk dengan tugasnya sebagai LO Komnas HAM dalam kerja sama dengan Mabes Polri terkait pengawasan.

"Dia kan saya kasih tugas untuk itu, maka dia pergi. Saya bilang dia paling disiplin ini. Misalnya mau pergi atau setelah pulangnya," kata Taufan.

Ketika itu, mantan Kadiv Propam Polri itu dikatakan Taufan hanya minta maaf. "Saya juga sudah tanya sama Sambo. 'Kamu apa-apaan kamu panggil si Anam?'.

'Minta maaf saya Pak, minta maaf saya Pak'," ujar Taufan menirukan perkataan Ferdy Sambo.

Ia lalu menanyakan apakah Sambo memberikan uang kepada Anam pada pertemuan itu.

"Kau kasih uang nggak sama dia?'. 'Nggak, Pak'," kata Taufan.

Baca juga: Isi Lengkap Surat Ferdy Sambo yang Ditulis Tangan ke Institusi Polri

"Itu direkam, lo, saya bilang. Kalau ada apa-apa suatu saat saya buka itu semua. 'Kau jangan kerjain Komnas HAM'. Marah saya sama dia," pungkasnya.

Taufan menyebutkan, dia hanya mencecar Sambo soal pertemuan dengan Anam saat di Mako Brimob.

Dia meminta kesaksian yang diberikan Sambo itu tak berubah-ubah di hari kemudian.

"Saya cuma satu saya tanya, 'Apa yang kamu lakukan sama si Anam? Kau jangan kurang ajar sama Komnas HAM'.

Dia minta-minta maaf.

Saya tanya, 'Kamu kasih uang nggak sama Anam?

Dia bilang, 'Nggak'.

Ya sudah kalau ada apa-apa nanti kau harus kasih kesaksian yang sama. Jangan nanti berubah. Saya gugat kau nanti kalau macam-macam'," cerita Taufan.

"Karena ini bagi saya dan Anam, kami nggak melanjut periode kedua. Ini pertaruhan nama baik kami. Kami bekerja 4 tahun lebih, jangan dicurangi begitu. Dibangun opini-opini kan," tandas Taufan.

Minta Maaf Berulang-ulang

Saat pertemuan dengan Taufan Damamik,  Irjen Ferdy Sambo berkali-kali meminta maaf karena melakukan pembunuhan.

"Saya salah, saya khilaf. Emosi saya tidak bisa dikendalikan. Tidak sepantasnya saya seorang jenderal, tidak mampu menjaga emosi. Jadi saya salah."

"Saya siap diberi hukuman yang setimpal'," kata Taufan Damanik menirukan ucapan Ferdy Sambo. 

Ferdy Sambo diperiksa Komnas HAM selama sekitar satu jam.

Bahkan mantan Kadiv Propam ini terus mengutarakan kekhilafannya telah membunuh Brigadir J.

Ia sesekali menangis saat disinggung soal keputusannya mengorbankan ajudannya yang paling junior, Bharada E atau Richard Eliezer.

"Dia nangis, (bilang) 'Saya salah, Pak. Saya akan berusaha memberikan kesaksian yang membuat Richard bisa bebas, atau kalau dihukum, (hukumannya) ringan," cerita Taufan.

Bermula dari Magelang

Saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi III DPR RI dengan Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo, Rabu (24/8/2022), anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PAN Syarifuddin Suding yang membongkar motif pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J versi Irjen Ferdy Sambo.

Berdasarkan data tulisan  yang dimilikinya itu, Suding mengatakan bahwa peristiwa pembunuhan terhadap Brigadir J diawali dari kasus pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawati.

Kasus itu disebut bermula dari Magelang saat Putri Candrawati dan sejumlah ajudannya ke Magelang untuk menengok anaknya yang sekolah.

Saat itu, Putri Candrawati tinggal di sebuah rumah kecil di Magelang yang mudah dilihat orang yang ada di dalamnya.

Ketika itu, tanggal 4 Juli 2022 atau beberapa hari sebelum kematian Brigadir J.

Saat itu, Putri Candrawati tengah tertidur di sofa ruang tamu rumah tersebut.

Namun, Brigadir J tiba-tiba menghampiri dan hendak menggendong Putri Candrawati namun itu dilihat oleh asisten rumah tangga Kuat Maáruf.

Kuat pun langsung berteriak dan menyuruh Brigadir J untuk mengurungkan niatnya.

Lalu, Brigadir J langsung mengurungkan niat membopong Putri Candrawati ke dalam kamar.

Pada tanggal 6 Juli 2022, Ferdy Sambo berniat menyusul Putri Candrawati ke Magelang untuk merayakan pesta pernikahan.

Lalu, tanggal 7 Juli 2022, Ferdy Sambo pulang ke Jakarta.

Di hari itu disebut terjadi upaya pemerkosaan yang dilakukan oleh Brigadir J terhadap Putri Candrawati.

Di sore hari, Brigadir J terlihat masuk ke kamar Putri Candrawati di lantai 2 dan mengendap-endap keluar dari kamar.

Kemudian, Brigadir J ditegur oleh Kuat kenapa masuk ke kamar Putri Candrawati.

Kolase - Irjen Ferdy Sambo dan Kuat Maruf (KM) serta Bripka Ricky Rizal (Bripka RR) (tribun-medan.com)

Saat Kuat masuk ke dalam kamar tersebut, terlihat Putri Candrawati menangis dengan posisi pakaian berantakan.

Kemudian kuat menyarankan Putri Candrawati, agar melaporkan kejadian tersebut ke FS.

Malam harinya jam 11 malam, Putri Candrawati laporkan apa yg dialaminya pada sore itu ke Ferdy Sambo lewat telepon.

“Jam 11 malam Putri Candrawati telepon Ferdy Sambo dan sambil menangis mengatakan saya diperlakukan seperti ini oleh Brigadir J,” jelas Suding menceritakan kronologi yang didapatnya seperti dilansir WartaKotalive.com di artikel berjudul Politisi PAN Bongkar Motif Pembunuhan Brigadir J, Diawali Putri Candrawati Tidur di Sofa Ruang Tamu.

Ferdy Sambo dan Putri Candrawati berencana akan membahas kembali masalah tersebut di Jakarta.

Sesampainya di rumahnya di Saguling, Ferdy Sambo mengonfirmasi hal tersebut ke Putri Candrawati.

Mendengar penjelasan Putri Candrawati, Ferdy Sambo marah dan membawa Brigadir J ke rumah dinasnya di Duren Tiga.

Hingga akhirnya terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh Ferdy Sambo dan sejumlah ajudannya kepada Brigadir J.

“Marahlah Ferdy Sambo murka hilang akal sehat sebagai bintang dua, di luar nalar,” tuturnya.

Suding pun mencoba mengkonfirmasi hal tersebut ke Kapolri.

Apakah hal itu menjadi penyebab dari pembunuhan yang dialami Brigadir J.

Tanggapan Kapolri 

Mendapat pertanyaan itu, mimik wajah Kapolri Listyo Sigit Prabowo sempat bingung dan membenarkan bahwa motif tersebut sebagian benar.

Namun kata Sigit, motif tersebut baru dipaparkan oleh Ferdy Sambo.

Pihak kepolisian rencananya akan mencocokan jawaban Ferdy Sambo ke Putri Candrawati.

Tadinya, rencananya penyidik akan mengkonfrontasi jawaban Ferdy Sambo ke Putri Candrawati.

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo saat mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2022). Rapat  membahas kasus dugaan pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J di rumah dinas mantan Kadiv Propam Irjen Pol Ferdy Sambo. Tribunnews/Jeprima (TRIBUNNEWS/JEPRIMA)

“Dari yang disampaikan beliau ada banyak hal sesuai, namun terkait motif ini kami sementara sudah dapatkan ket dari FS.

Tapi kami ingin pastikan sekali lagi untuk periksa PC sehingga yang kami dapat sehingga posisi beliau tersangka apakah berubah atau tidak. Jadi kami dapat satu kebulatan terkait motif,” papar Sigit.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini