TRIBUNNEWS.COM - Para buruh di seluruh Indonesia akan melakukan aksi demo untuk menolak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) pada 6 September 2022.
Demo menolak kenaikan BBM oleh para buruh se-Indonesia akan diadakan di 33 provinsi.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan di DKI Jakarta, unjuk rasa akan digelar dipusatkan di gedung DPR.
Untuk membahas kenaikan harga BBM, para butuh meminta pimpinan DPR memanggil Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
"Bilamana aksi 6 September tidak didengar pemerintah dan DPR, KSPI akan mengorganisir aksi lanjut dengan mengusung isu tolak kenaikan harga BBM, tolak omnibus law, dan naikkan upah tahun 2023 sebesar 10 persen sampai 13 persen," terang Said diberitakan Tribunnews sebelumnya.
Baca juga: DAFTAR Lokasi SPBU Vivo di Jakarta, Jual BBM Rp 8.900, Lebih Murah dari Pertamina
Said menjelaskan, terdapat beberapa alasan parah buruh menolak kenaikan harga BBM.
Pertama, daya beli buruh yang semakin merosot menjadi 50 persen akibat kenaikan harga BBM.
Said mengatakan, penyebab turunnya daya beli karena adanya peningkatan angka inflasi.
"Penyebab turunnya daya beli adalah peningkatan inflasi menjadi 6,5 persen hingga sampai delapan persen, sehingga harga kebutuhan pokok akan meroket," jelas Iqbal.
Sementara itu, ia juga mengatakan, dalam tiga tahun terakhir, upah buruh sudah tidak mengalami kenaikan.
Oleh karena itu, dengan naiknya harga BBM membuat buruh akan semakin sulit.
Kemudian, untuk menghitung kenaikan upah minimum di tahun depan, Pemerintah akan menggunakan kembali PP nomor 36 Tahun 2022 tentang Pengupahan.
"Dengan kata lain, diduga tahun depan upah buruh tidak akan naik lagi,"kata Said.
Alasan lainnya terkait penolakan kenaikan BBM oleh para buruh adalah kenaikan harga yang dilakukan bersamaan dengan turunnya harga minyak dunia.