TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengurus Departemen Pendidikan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) beserta Indonesia Diaspora Network-China menggelar audiensi dengan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Selasa (6/9/2022).
Audiensi dilakukan untuk menindaklanjuti hasil webinar 'Menuju Generasi Emas 2045-Tantangan Moralitas, Etika dan Spiritual Generasi Muda pada Disrupsi Dunia Digital” yang digelar pada 19 Agustus 2022 lalu.
Dalam webinar itu, diharapkan ada sinergi yang kuat antara PSMTI dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dalam sejumlah program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
Ketua Umum Indonesia Diaspora Network China dan Wakil Ketua Umum Departemen Pendidikan PSMTI, Prof Yenni Thamrin mengatakan Kunjungan PSMTI itu dilakukan juga untuk menindaklanjuti kerjasama antara PSMTI dengan China Universities Association for International Exchange dan Zhou Si Min Education Center.
Baca juga: Silaturahmi dengan MPR RI, PSMTI Ikut Berpartisipasi dalam Membangun Indonesia
Kata Prof Yenni, kerja sama PSMTI dengan Zhou Si Min Center yakni membuat pelatihan keterampilan budi pekerti dengan warisan budaya tradisional.
Diharapkan pelatihan itu dapat memperkuat unsur kekuatan dan pemberdayaan para perempuan Indonesia untuk meningkatkan kemandirian usaha maupun karir.
Serta pada saat yang bersamaan tetap berperan maksimal dalam memelihara keharmonisan keluarga dan rumah tangga.
Dalam waktu dekat, Departemen Pendidikan PSMTI pun akan mendirikan kantor 'PSMTI Education for Life'.
Baca juga: Ketua Umum PSMTI Wilianto Tanta Temui Jaksa Agung RI, Dorong WNI Suku Tionghoa Jadi Jaksa
Kantor tersebut bakal menampung program-program pendidikan dan pemberdayaan wanita serta konseling untuk keluarga dan anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia.
Wakil Bendahara Umum PSMTI sekaligus Pendiri Yayasan Anak Bangsa Berakhlak Mulia, Dr Ariella Hana Sinjaya mengatakan Kementerian PPPA diharap mendukung program pendidikan karakter bagi anak-anak marginal karena mereka yang cenderung tidak dapat mempunyai impian maupun cita-cita yang besar.
Sementara itu, Wakil Ketua Departemen Pendidikan PSMTI dan Psikolog Klinis, Novita Tandry pada kesempatan yang sama mengungkapkan, program pelatihan yang bakal digelar berangkat dari keprihatinannya terhadap angka pernikahan di masa pandemi sebesar 64 ribu.
Novita menyebut ada tiga masalah tertinggi dalam masa pandemi.
Baca juga: Kolaborasi Ketum PSMTI dan Gubernur Lemhannas RI Wujudkan Pelatihan Taplai
"Angka pernikahan di masa pandemi sebesar 64 ribu, permohonan dispensasi di bawah 19 tahun hanya meningkatkan tengkes (stunting), kesehatan mental dan ketidakhadiran orang tua, kemiskinan, dan kebodohan. Selain itu ada tiga masalah tertinggi selama masa pandemi yaitu Pornografi, LGBTQ, Agnostik/Atheist yang perlu diperhatikan dan perlu ruang konseling yang terpadu," ungkap Novita.
Selain itu, Kementerian PPPA diharapkan mendukung salah satu program kerja Kodipest dalam rangka Program Pesantren Ramah Anak.
"Mohon dukungan Kementerian PPPA pada salah satu program kerja Aplikasi Video Kodipest (Konten Digital Pesantren) untuk channel konseling keluarga Islami dalam rangka Program Pesantren Ramah Anak," kata Wakil Ketua 2 Departemen Pendidikan dan Direktur Utama PT CAIH Infotech Indonesia, Loretta Thamrin.
Terakhir, Prof. Yenni berpesan, sebagai bangsa Indonesia, ia mengajak publik untuk menyatukan kekuatan bersama untuk mewujudkan program-program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak-anak demi kesejahteraan dan kemajuan Bangsa.