Berikut empat kontroversi dari surat Supersemar, Tribunnews melansir laman Tribunwiki.
Baca juga: Sejarah Singkat Peristiwa G30S Hingga saat Dipimpin Letkol Untung
Kontroversi Supersemar
1. Menurut salah satu Perwira Tinggi TNI yang menerima surat, surat tersebut merupakan perpindahan kekuasaan.
Tidak jelas juga naskah Supersemar yang asli.
Setelah beberapa tahun, naskah Supersemar yang asli dinyatakan hilang dan tidak jelas hilangnya oleh siapa dan dimana.
Tidak diketahui hilangnya dimana, dan pelaku peristiwa Supersemar ini juga suadah meninggal dunia.
Keluarga M. Jusuf mengklaim bahwa Supersemar itu dokumen pribadinya dan disimpan dalam sebuah bank.
2. Menurut pengawal Presiden di Istana Bogor, Letnan Satu (Lettu), Sukardjo Wilardjito menyatakan bahwa perwira tinggi yang hadir di Istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966 pukul 01.00 dini hari waktu setempat itu bukanlah tiga perwira tinggi.
Namun, terdapat empat perwira yang salah satunya Brigadir Jendral (Brigjen) M. Panggabean.
Saat peristiwa Supersemar itu, Brigjen M. Jusuf membawa map warna merah jambu berlogo Markas Besar AD bersama Brigjen M. Panggabean.
Beberapa kalangan meragukan kesaksian Soekardjo Wilardjito ini, bahkan Jendral (Purn) M. Jusuf dan Jendral (Purn) M. Panggabean membantah peristiwa itu.
3.Menurut A.M Hanafi dalam bukunya yang berjudul "A.M Hanafi Menggugat Kudeta Soeharto", ia membantah kesaksian Lettu Sukardjo Wilardjito yang mengatakan adanya Jendral (Purn) M. Panggabean di Istana Bogor.
A.M Hanafi juga tidak membantah kesaksian Sukardjo mengenai tiga jendral (Amirmachmud, M. Jusuf dan Basuki Rahmat) yang di Istana pada 11 Maret 1966 waktu itu.
4. Seorang tentara yang pernah bertugas di Istana Bogor memberi kesaksian kepada sejarawan asing, Ben Anderson.
Tentara itu mengatakan bahwa Supersemar diketik di atas surat yang berkop Markas besar Angkatan Darat, bukan kertas berkop kepresidenan.
Menurut Ben, inilah alasan mengapa Supersemar hilang atau sengaja dihilangkan.
(Tribunnews.com/Pondra Puger)