TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Agung Baskoro berbicara soal pernyataan Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Demokrat Andi Arief.
Seperti diketahui, Andi Arief yang menyebut Anies sebentar lagi akan masuk penjara, serta perihal tiga ketua umum KIB yang berpotensi dikriminalisasi.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS) menilai pernyataan melalui video Andi Arief ini merupakan bentuk pengalihan isu Partai Demokrat.
Agung menyarankan, Partai Demokrat lebih baik mengambil sejumlah langkah ini, satu di antaranya adalah segera mengumumkan koalisi dengan Partai NasDem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
“Segera meresmikan koalisi dengan Nasdem dan PKS tanpa harus menyodorkan AHY sebagai harga mati,” kata Agung Baskoro saat dihubungi, Selasa (27/9/2022).
Sebab, lanjut dia, jika tidak segera mengumumkan koalisi dengan NasDem dan PKS, maka Demokrat bisa kembali kehilangan momentum, layaknya Pemilu pada dua periode lalu.
“Padahal 2024 menjadi fase krusial bagi Demokrat untuk bertahap bisa menjadi partai besar kembali, setelah 10 tahun 'puasa politik' dari kekuasaan,” ujar Agung.
Selain itu, Agung menambahkan Demokrat juga sebaiknya mendisiplinkan sejumlah kader yang dianggap bermasalah, agar citra partai tetap terjaga.
Kemudian, kata dia, Demokrat seharusnya memberikan argumentasi proporsional dan profesional dan disertai data yang solid dalam memberi pernyataan.
Hal itu sebagaimana dilakukan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Sebagaimana sikap AHY yang memaparkan data-data solid saat mengkritik kekurangan Pemerintahan Jokowi baik di parlemen maupun di luar parlemen,” kata Agung.
Baca juga: Pernyataan Video Andi Arief Bentuk Pengalihan Isu Partai Demokrat dan Tidak Rasional
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis (TPS) Agung Baskoro sebelumnya menyebutkan bahwa pernyataan andi arief ini tidak rasional.
“Pernyataan ini lebih kuat dimensi emosional ketimbang rasionalnya,” kata Agung Baskoro saat dihubungi, Selasa (27/9/2022).
Agung menilai pernyataan Andi Arief ini merupakan bentuk pengalihan isu setelah Partai Demokrat diserang bertubi-tubi oleh koalisi pemerintah dari beragam sisi.