TRIBUNNEWS.COM - Simak sejarah Hari Batik Nasional yang diperingati pada 2 Oktober 2022 berikut ini.
Hari Batik Nasional ditandai dengan keputusan UNESCO untuk mengukuhkan batik sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity pada 2 Oktober 2009.
Indonesia telah mengajukan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada 4 September 2008.
Namun, UNESCO baru memberi jawaban pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 9 Januari 2009.
Kemudian, UNESCO mengukuhkan batik menjadi Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada 2 Oktober 2009 melalui sidang ke-4 UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.
Sebelumnya, Presiden Soeharto pertama kali telah memperkenalkan batik kepada dunia ketika menghadiri konferensi PBB, dikutip dari laman Kemenkumham.
Baca juga: Apakah Hari Batik Nasional 2022 Tanggal Merah? Ini Penjelasannya
Presiden Soeharto juga sering mengenakan batik dalam pertemuan internasional.
Selain itu, Presiden Soeharto memberikan oleh-oleh kain batik kepada tamu negara yang berkunjung ke Indonesia.
Penetapan Hari Batik Nasional
Setelah batik resmi menjadi Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi dari Indonesia, Pemerintah RI menyambut baik hal tersebut.
Pemerintah lalu menerbitkan Kepres No 33 Tahun 2009 untuk menetapkan Hari Batik Nasional.
Selain itu, peringatan Hari Batik Nasional juga bertujuan memberi kesadaran masyarakat agar bangga mengenakan batik untuk melestarikan budaya Indonesia.
Baca juga: Sandiaga Uno Apresiasi Scarf Batik Lasem Jadi Cinderamata dalam TWG G20 di Bali
Sejarah Batik di Indonesia
Batik adalah teknik menggambar motif di atas kain dengan menggunakan canting dan malam.
Kata 'batik' berasal dari bahasa Jawa 'amba' (menulis) dan 'titik'.
Kemunculan batik di Indonesia sudah ada sejak masa Kerajaan Majapahit.
Dari sejumlah arca batu peninggalan zaman Kerajaan Majapahit terdapat motif batik.
Konon, Arca Harihara, yang merefleksikan pendiri Majapahit, Raden Wijaya, yang mengenakan batik kawung.
Batik peninggalan masa Kerajaan Majapahit ini juga dapat ditemui di wilayah Mojokerto dan Bonorowo (kini Tulungagung).
Dulu, tradisi membatik hanya ada di wilayah kerajaan, karena kain batik sendiri hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan.
Sehingga, batik pada zaman dahulu identik dengan kalangan ningrat dengan gaya berpakaian yang eksklusif.
Saat itu, batik hanya digunakan oleh Raja dan pembesar kerajaan.
Seiring berjalannya waktu, tradisi batik mulai menyebar di luar kerajaan.
Bahkan, banyak rakyat jelata yang meniru motif batik dan menjadikan kegiatan membatik sebagai pekerjaan, terutama bagi wanita.
Sementara teknik batik sendiri sudah ada sejak ribuan tahun silam.
Teknik membatik diperkirakan berasal dari Mesir Kuno atau Sumeria.
Kemudian, teknik batik menyebar hingga ke beberapa negara, termasuk Indonesia, China, Afrika, dan Ukraina.
Meski demikian, belum ada literatur dari zaman dahulu yang dapat membuktikan kemunculan pertama teknik batik di dunia.
Baca juga: Sering Menggunakan Batik ataupun Hijab, Coba Pastikan Anda Mencuci Dengan Benar
Keragaman Warna dan Motif Batik
UNESCO mengakui keunikan batik Indonesia, terutama dari prosesnya yang secara tradisional dilakukan pada kapas dan sutra menggunakan teknik resist.
Pembuat batik kemudian menutupi area kain dengan zat tahan pewarna untuk mencegah penyerapan warna.
Area yang tidak tertutup mampu menyerap warna yang dalam, sehingga kainnya tahan lama dan warnanya tidak mudah pudar.
Metode membatik lainnya yang bisa diterapkan adalah metode percikan, proses sablon, dan metode lukis tangan.
Selain prosesnya, batik juga memiliki keunikan motif.
Motif, pola, dan warna yang dapat dikenali sering kali menunjukkan keluarga, status sosial, dan asal geografis.
Warna tradisional untuk batik Jawa Tengah dibuat dari bahan-bahan alami, terutama warna biru, coklat, krem, dan hitam.
Beberapa desain termasuk Kawung atau lingkaran berpotongan, Ceplok, desain geometris, Parang atau "pola pisau", dan Prada atau kain batik yang berhiaskan daun emas atau serbuk emas.
Motif-motif ini terinspirasi dari pengaruh Jepang, India, Cina, dan Belanda, yang menghasilkan kekayaan warna dan motif.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Hari Batik Nasional