"Andai kita berdoa Persebaya kalah semalam, tragedi terburuk dalam sejarah sepak bola Indonesia—dan mungkin dunia—tak akan terjadi."
Membayangkan apa yang terjadi jika tidak ada kericuhan, Wali Kota Surabaya menuliskan kondisi yang bahagia dan damai.
"Ratusan nyawa selamat. Ratusan orang akan kembali bertemu keluarganya: anak, istri, suami, ayah, ibu."
"Tetap akan ada ayah yang begitu datang ke rumah langsung berguling-guling bercanda dengan si kecil di kasur mungil mereka."
"Tetap akan ada ayah yang bangun pagi, menyalakan motor, dan mengantarkan anaknya ke gerbang sekolah…"
Mengulang berandai Persebaya kalah, Wali Kota Surabaya juga menyisipkan ajakan untuk merefleksikan diri.
"Sekali lagi, andai kita berdoa Persebaya kalah semalam…tapi kita semua sadar: tak ada yang tahu tentang apa yang akan terjadi."
"Semuanya mesti jadi refleksi diri: hilangnya nyawa karena rusuh sepak bola seperti ini harus jadi yang terakhir kali."
Caption tersebut diakhiri dengan mengirikan doa kepada korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
"Dari Surabaya, kita kirimkan doa terbaik untuk seluruh korban…."
Wali Kota Surabaya mengapresiasi suporter Persebaya, Bonek, untuk tidak merayakan kemenangan, karena kemanusiaan lebih penting.
"Apresiasi untuk Bonek yang memutuskan hari ini tak ada pawai kemenangan. kemanusiaan memang jauh lebih penting ketimbang hasil skor pertandingan"
(Tribunnews.com/Safira)