TRIBUNNEWS.COM – Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi Partai Golkar Puteri Komarudin mendorong Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk menjadi motor pengembangan keuangan syariah. Dukungan tersebut ia nyatakan sebagai respon atas catatan kinerja BSI yang positif.
“Ekonomi dan keuangan syariah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dikembangkan secara parsial. Karena ekonomi syariah tidak dapat berkembang secara optimal tanpa dukungan sektor keuangan. Begitupun, sektor keuangan tidak akan tumbuh tanpa permintaan sektor riil. Oleh karenanya, BSI sebagai Bank Syariah terbesar di Indonesia memiliki tugas besar untuk menjadi motor pengembangan keuangan syariah,” jelas Puteri.
Kinerja positif BSI tercermin dari pertumbuhan aset yang mencapai 12,88 persen, kredit yang tumbuh sebesar 13,99 persen, hingga Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 13,78 persen. Selain itu, kualitas kredit juga terjaga dengan Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,88 persen.
Pengembangan keuangan syariah ini menjadi hal yang penting dikarenakan menurut Putri, pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia selama ini masihlah rendah, yaitu hanya di kisaran 10,19 persen.
Di saat yang bersamaan, pangsa pasar perbankan syariah juga masih tertahan di level 6,52 persen. Posisi ini masih jauh dibandingkan negara lain, seperti Malaysia, yang sudah mencapai 30 persen.
“Padahal, kita memiliki modal berharga sebagai negara dengan umat muslim terbesar di dunia. Potensi strategis ini sekaligus menjadi tantangan bagi Indonesia agar tidak hanya sekadar menjadi target pasar melainkan juga mampu menjadi pemain utama dalam industri halal global. Maka, BSI harus ambil bagian terbesar dalam mengembangkan ekosistem keuangan syariah yang terintegrasi dengan halal value chain,” ujar Puteri.
Puteri pun berpesan kepada BSI untuk terus menghasilkan dan mengembangkan inovasi produk dan layanan syariah. Melalui produk yang inovatif, BSI tak hanya dapat menghadirkan diferensiasi model bisnis di industri perbankan, namun juga sekaligus menangkap kebutuhan pasar saat ini.
“Produk yang unik dan inovatif tentu harapannya menjadi identitas tersendiri bagi BSI sekaligus menjadi pilihan utama bagi masyarakat,” ucap Puteri.
Tak lupa, Ketua Bidang Keuangan dan Pasar Modal DPP Partai Golkar ini turut menekankan kepada BSI untuk meningkatkan tingkat inklusi dan literasi keuangan syariah.
Hal ini menjadi sebuah catatan tersendiri mengingat tingkat inklusi keuangan syariah di Indonesia saat ini baru berjumlah 9,1 persen, sementara angka literasi keuangan syariah baru mencapai 8,93 persen.
Angka tersebut merupakan pencapaian yang rendah jika dibandingkan tingkat inklusi dan literasi keuangan konvensional. Maka itu, sosialisasi dan pengenalan terhadap produk dan layanan keuangan syariah pun perlu terus digencarkan ke depannya.
“Pengenalan terhadap produk dan layanan keuangan syariah perlu dilakukan secara masif dan berkala, juga disesuaikan dengan karakteristik masyarakat. Misalkan, kalangan milenial seperti saya ini tentu strategi pendekatan promosinya juga harus berbeda. Untuk itu, BSI perlu terus sosialisasikan bank syariah kepada masyarakat. Karena memang masih banyak masyarakat kita yang belum mengenal dan mengerti sistem syariah yang dikembangkan BSI,” tutupnya.