TRIBUNNEWS.COM - Gempa yang mengguncan Cianjur pada Senin (21/11/2022) menyisakan kisah pilu yang dialami oleh korban.
Di antaranya adalah saat para pengungsi di Desa Cibulakan harus tidur bersama dengan belasan jenazah korban meninggal dunia korban Cianjur.
Hal tersebut harus dirasakan para pengungsi karena akses jalan ke lokasi pengungsian tertutup longsoran akibat gempa.
Awal terpaksanya pengungsi harus tidur dengan belasan jenazah tersebut karena kebingungan warga mengurusnya.
Kisah lain yang tak kalah pilunya adalah drama evakuasi terhadap tujuh guru TK dari sekolah Islam Al-Azhar 18 Cianjur dengan seorang anak yang tertimbun longsor di Jalan Raya Cipanas-Puncak, Kecamatan Cugenang.
Bahkan ada korban bernama Yayah, guru di TK Islam Al-Azhar yang ditemukan Tim SAR tengah mendekap anaknya.
Baca juga: Pesan Mulia Sopir Ambulans di Gempa Bumi Cianjur: Anggap Korban yang Ditangani adalah Keluarga
Para korban ini disebut telah tertimbun longsor sejak Senin (21/11/2022).
Selain itu, adapula kisah bayi yang tertimbun reruntuhan rumah akibat gempa masih selamat saat diangkat oleh kedua orangtuanya.
Selengkapnya, berikut deretan kisah pilu yang terjadi usai gempa berskala 5,6 M mengguncang Cianjur pada Senin lalu.
Pengungsi Tidur dengan 11 Jenazah
Kisah pilu pertama yang dialami warga terdampak gempa di Cianjur adalah ketika para pengungsi di Desa Cibulakan, Kecamatan Cugenang harus tidur dengan 11 jenazah di tenda pengungsian.
Dikutip dari Tribun Jabar, alasan para pengungsi terpaksa tidur dengan jenazah lantaran lokasi mereka terisolir sehingga mobil ambulans tidak bisa membawa jenazah ke rumah sakit.
Selain akses yang sulit, salah seorang pengungsi, Rosidah menceritakan tenda pengungsi yang dibuat secara swadaya itu terpaksa harus menjadi tempat jenazah karena warga bingung mengurusnya.
Rosidah mengatakan sebenarnya jenazah berada di tenda pengungsian hanya untuk sementara.
Baca juga: Suami Istri Ini Lolos dari Maut saat Gempa Cianjur Hancurkan Rumah Mereka: Satu Jam Kami Tertimbun