Mendengar penjelasan itu, majelis hakim lantas menanyakan tindak pelecehan apa yang dilakukan oleh Yoshua kepada Putri.
"Apa yang diceritakan tentang pelecehan itu?" tanya majelis hakim. "Dipegang-pegang," jawab Benny Ali. "Paha?" tanya majelis hakim. "Iya," jawab Benny.
"Terus?" tanya hakim lagi. "Yang saya sampaikan itu, karena setiap kita nanya nangis, setiap kita nanya nangis," ucap Benny.
Pelecehan itu yang disebut kemudian membuat Putri berteriak. Teriakan itu didengar Richard Eliezer yang kemudian memergoki Yosua keluar dari kamar.
Saat ditanya, Yosua malah menembak hingga kemudian terjadi baku tembak. Yosua disebut tewas dalam peristiwa itu.
Belakangan terungkap cerita tersebut merupakan skenario Sambo. Yang terjadi ialah penembakan, bukan tembak menembak.
Dilakukan Richard Eliezer atas perintah Sambo. Bahkan menurut Eliezer, Sambo ikut menembak.
“Habis almarhum jatuh Pak FS maju. Saya lihat dia langsung pegang senjata, dia kokang senjata dulu, dia ke arahkan almarhum, ada sempat tembak ke almarhum," kata Eliezer saat memberikan kesaksian di persidangan bulan lalu.
Kesaksian Eliezer ini pula yang memperkuat bahwa peristiwa tewasnya Yosua merupakan eksekusi, bukanlah tembak menembak. Skenario tembak menembak pun gugur.
Dalam dakwaan, jaksa mengungkap bahwa skenario itu diduga dibuat oleh Sambo untuk menutupi peristiwa sebenarnya. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah pembunuhan.
Yang pasti tidak ada pelecehan yang terjadi di Duren Tiga. Namun, pihak Sambo meyakini pelecehan memang terjadi di Magelang pada 7 Juli 2022.
Laporan Putri soal kejadian di Magelang itu membuat Sambo murka yang kemudian merencanakan pembunuhan.
Di sisi lain belum ada keterangan saksi yang secara langsung menyaksikan pelecehan di Magelang.
Kuat Ma'ruf, sopir Sambo, hanya memergoki Yosua mengendap-endap di tangga dari lantai dua rumah Magelang yang langsung lari. Setelah itu, Kuat mengaku menemukan Putri dalam keadaan ketakutan.