Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Seorang ahli virologi terkemuka Rusia, Professor Sergey Netesov [62] telah menemukan virus zombie yang baru-baru ini digali dari permafrost dengan status 'tidak berbahaya' sedikitpun bagi organisme manusia.
"Mungkin seseorang ingin menciptakan sensasi sebelum Tahun Baru, namun sebenarnya menemukan virus serupa di permafrost bukanlah hal yang aneh bagi para ilmuwan," kata Sergey Netesov.
"Virus ini, yang sebelumnya ditemukan pada bangkai mammoth, mempengaruhi amuba daripada manusia," imbuh Sergey Netesov yang menurut Siberian Times kini juga menjabat sebagai Wakil Rektor di Novosibirsk State University,
Dikutip dari Sputnik News, Senin (9/1/2023), ia juga merujuk pada banyak patogen modern yang menimbulkan ancaman bagi manusia dan belum dieksplorasi oleh para peneliti.
"Saya tidak akan mempelajari zaman kuno dan permafrost, lebih memilih untuk fokus pada penyakit manusia saat ini," tegas Netesov, merujuk pada pandemi virus corona (Covid-19).
Netesov menyampaikan hal ini beberapa minggu setelah tim ilmuwan internasional yang dipimpin oleh ahli mikrobiologi Jean-Marie Alempic dari Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis menemukan dan menghidupkan kembali serangkaian virus yang belum pernah terlihat sebelumnya dari permafrost Siberia.
Virus amoeba berusia 48.500 tahun merupakan salah satu dari 13 yang diuraikan oleh para ilmuwan dalam penelitian mereka, dengan 9 diantaranya diperkirakan berusia puluhan ribu tahun.
Para peneliti berpendapat bahwa virus tersebut masih berpotensi menjadi patogen menular yang mampu menimbulkan ancaman signifikan bagi manusia.
Baca juga: Selain Kasus Covid-19, Jepang Juga Dibikin Pusing oleh Penyebaran Cepat Virus Flu
Mereka memperingatkan bahwa situasinya akan jauh lebih berbahaya dalam kasus tanaman, hewan, atau penyakit manusia yang disebabkan oleh kebangkitan virus kuno yang tidak diketahui.
Baca juga: Lacak Varian Baru Virus Covid-19, AS Uji Sampel Air Limbah dari Pesawat Rute Internasional
"Karena itu sah untuk merenungkan risiko partikel virus kuno tetap menular dan kembali ke sirkulasi dengan mencairnya lapisan permafrost kuno," kata para ilmuwan.