TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sultan Jambi Darul Haq ke-22 Sayyid Fuad Bin Sayyid Abdurrahman Baraghbah menyambangi kantor Duta Besar Turki di Indonesia.
Kehadiran Sultan Jambi ini dalam rangka silahturahmi sekaligus menyampaikan duka cita atas bencana gempa bumi yang mengguncang perbatasan Turki dan Suriah.
Sayyid Fuad menyampaikan hubungan Sultan Jambi dengan negara Turki sudah berlangsung sejak lama.
Hubungan Jambi dengan Turki merupakan hubungan politik, ekonomi dan,kebudayaan yang panjang.
"Kami turut bela sungkawa atas kejadian di Turki, ini juga panggilan batin," ucapnya dalam pertemuan di Duta Besar Turki di Jalan HR. Rasuna Said Kav. 1 Kuningan Timur Setiabudi, Jakarta Selatan, Kamis (9/2/2023).
Deputy Chief of Mission First Counsellor Duber Turki di Indonesia Omer Orhun Celikkol yang menemui secara langsung Sultan Jambi Sayyid Fuad menyampaikan terima kasih banyak atas kunjungan dan silahtuhrami ini.
"Ini merupakan suatu kehormatan kepada Sultan Jambi yang telah datang dan juga mengucapkan belasungkawa kepada para korban gempa bumi yang ada di Turki dan kami sangat mengapresiasi ucapan belasungkawa tersebut," ujarnya.
Omer mengatakan, bahwa dirinya cukup beruntung bertemu dengan Sultan Jambi dan sangat menghargai solidaritas dan dukungannya.
Dia juga berharap pertemuan ini tidak berhenti disini melainkan bisa dilakukan kerjasama pemerintah Turki dan Sultan Jambi.
"Dalam waktu dekat saya harap kita juga dapat mengunjungi Sultan Jambi untuk membicarakan proyekZproyek yang akan datang yang dapat kita kerjakan bersama dan untuk lebih mempererat hubungan antara Turki dan Jambi," ucap dia.
Terkait hubungan Sultan Jambi dan negara Turki, diakui bahwa banyak keturunan Turki yang tinggal di Jambi.
"Tentunya banyak yang bisa dijalin antara daerah Jambi dan turki, kita mengetahui bahwa masih ada keturunan keluarga Turki yang tinggal di daerah Jambi, ini juga jalinan jembatan hubungan antara Turki dan Jambi serta merupakan langkah awal yang tepat sebelum kita mengembangkan hubungan selanjutnya dimasa yang akan datang," ujarnya.
Sejarah Sultan Jambi
Kesultanan Jambi adalah kerajaan Melayu Islam yang pernah berdiri di Provinsi Jambi pada abad Ke-17 hingga awal abad Ke-20.
Baca juga: Cerita di Balik Foto Seorang Ayah Genggam Erat Tangan Putrinya yang Tewas karena Gempa Dahsyat Turki
Sebelum berubah menjadi kesultanan, namanya dikenal dengan Kerajaan Melayu Jambi.
Kerajaan Jambi didirikan oleh Datuk Paduko Berhalo yang bernama (Ahmad Salim) bersama istrinya, Putri Selaras Pinang Masak, pada 1460.
Tahun 1615, kerajaan ini resmi menjadi kesultanan melayu jambi.
Di bawah Kesultanan Jambi mencapai masa kejayaanny, di mana Jambi menjadi salah satu perniagaan utama di Sumatera. Kerajaan melayu jambi mulai melemah setelah Sultan terakhir, sultan Thaha Syaifuddin gugur dalam pertempuran melawan Belanda di Betung Bedara, pada tanggal 26 April Tahun 1904 dn dimakamkan di Muara Tebo,Jambi
Berdasarkan usul dari rakyat Jambi, tanggal 24 Oktober 1977 dan Kepres Np.79/TK/1977 maka pada pada tanggal 10 November 1977 Sultan Thaha Syaifuddin dianugerahkan secara resmi sebagai pahlawan nasional.