"Kita seperti dilihatin saja. Pas ledakan, mereka baru pada lari. Telat," sambungnya.
Baca juga: Insiden di Depo Plumpang, Pengamat: Sinergi Pertamina Mampu Cegah Dampak yang Lebih Besar
Selain itu, Nia juga mengatakan, banyak warga yang menjadi korban jiwa karena berupaya mengevakuasi diri menggunakan mobil.
"Ada yang meninggal di dalam mobil juga. Mau menyelamatkan diri, enggak bisa keluar. Terjebak. Karena kaburnya pakai mobil. Salahnya pakai mobil," tegasnya.
"Rumahnya enggak apa-apa. Tapi keluarganya meninggal semua karena kabur pakai mobil terus terjebak (di dalam)," lanjut Nia.
Mengingat hal itu, Nia mengaku, ia masih trauma.
"Rasa trauma ada. Kayak tidur juga masih suka itu. Enggak terbayang," ungkap Nia.
Hal itu, katanya, karena ia melihat dengan mata kepalanya kobaran api yang menyambar begitu cepat melalui kabel listrik.
"Percikannya (ledakan pipa) kan buyar pas meledak. Tembok Pertaminanya utuh. Jadi kabel seperti loncat gitu. Terus kena kabel. Kabel kan mepet-mepet di situ," kata Nia berusaha menggambarkan insiden tragis itu.
Nia mengatakan, rumahnya selamat dari ganasnya si jago merah.
Hanya saja, pakaian milik ia dan keluarganya yang saat itu sedang dijemur terbakar habis.
"Kita selamat rumahnya. Cuma jemuran aja kena. Kalau sebelah rumah sudah kena semua, enggak tersisa lagi," jelas Nia.
Hingga Sabtu (4/3/2023) malam, Posko Koramil Koja 01 mencatat jumlah korban yang meninggal dunia dalam peristiwa kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara sebanyak 19 orang.
"Jadi korban yang meninggal itu semalam 15, lalu bertambah jadi 17, lalu jenazah yang ditemukan hari ini (dua orang), jumlahnya 19," ujar Penanggung Jawab Piket Koramil 01 Koja, Serda Warno kepada wartawan di lokasi.
Warno menjelaskan, dua jenazah terakhir berhasil ditemukan berkat bantuan anjing pelacak K9, namun dia tidak merinci secara pasti terkait lokasi ditemukannya dua jenazah tersebut.