Sementara itu, masih ada 13% yang belum menyebutkan pilihan.
Saiful menjelaskan bahwa walaupun suara publik dari yang beretnis selain Jawa lebih banyak ke Anies, namun selisih suara Anies dan Ganjar di variabel tersebut tidak terlalu berbeda yakni 35% berbanding 23%.
Selisihnya, kata dia, tidak sebesar pilihan warga beretnis Jawa kepada Ganjar yang berjumlah 53% berbanding 16% yang memilih Anies.
"Jadi artinya kalau dilihat dari sisi etnis, Ganjar relatif lebih bisa diterima oleh pemilih dari etnis selain Jawa," kata dia.
"Namun orang Jawa relatif tidak mau menerima Anies. Jadi kalau pemilih kita itu masih berbau SARA, iya, terutama orang Jawa. Akhirnya kan kelihatan. Pemilih Jawa ini terpusat pada satu tokoh, tidak menyebar," sambung dia.
Saiful menilai jika etnis di luar Jawa dilihat satu per satu, ada kemungkinan preferensi pemilihnya juga tidak terdistribusi merata, tapi terkonsentrasi pada satu figur, misalnya di NTT atau Bali lebih cenderung memilih Ganjar, sementara di suku lain lebih ke Anies atau Prabowo.
Baca juga: Duet Prabowo & Ganjar Menguat, Ini Elektabilitas Mereka di 4 Lembaga Survei, Siapa yang Jadi Capres?
Ia mengatakan kecenderungan kelompok yang memiliki sentimen etniknya kuat tidak hanya pada etnik Jawa, tapi juga pada etnik lain.
Saiful mencontohkan misalnya komunitas Arab di Indonesia yang kemungkinan juga memiliki kecenderungan terhadap Anies.
Namun demikian, pandangan tersebut belum bisa dibuktikan karena datanya masih terlalu sedikit.
"Jadi orang yang punya sentimen etnik seperti itu, itu tidak khas etnik tertentu. Tapi itu berlaku bagi semua etnik. Dan kadang-kadang pendidikan tidak menggerus itu," kata dia.
"Jadi tetap saja etnik itu begitu penting walaupun orang itu sangat pintar, tapi ya sudah aku ini orang Banten, kalau calon presidennya orang Banten saya pilih dia. Misalnya kayak begitu. Sentimen seperti itu masih kuat, berlaku bagi semua," sambung dia.