News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi 2023 Tahun Baru Saka 1945, Ini Sejarah dan Maknanya

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Umat Hindu mengarak patung raksasa Ogoh-ogoh di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (2/3/2022). Berikut sejarah dan makna perayaan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1945 yang jatuh pada Rabu, 22 Maret 2023. AFP/REZAS

Hal itu sebabnya sistem kalender Hindu "seolah-olah terlambat" 78 tahun dari kalender Masehi.

Pada tahun 456 M (atau Tahun 378 Saka), datanglah ke Indonesia seorang pendeta penyebar Agama Hindu yang bernama Aji Saka asal dari Gujarat, India.

Ia mendarat di pantai Rembang (Jawa Tengah) dan mengembangkan Agama Hindu di Jawa.

Baca juga: Imbauan saat Perayaan Nyepi di Bali 2023, Pemerintah Keluarkan 11 Aturan Ini

Ketika Majapahit berkuasa, (abad ke-13 M) sistem kalender Tahun Saka dicantumkan dalam Kitab Nagara Kartagama.

Masuknya Agama Hindu ke Bali kemudian disusul oleh penaklukan Bali oleh Majapahit pada abad ke-14 dengan sendirinya membakukan sistem Tahun Saka di Bali hingga sekarang.

Perpaduan budaya (akulturasi) Hindu India dengan kearifan lokal budaya Hindu di Indonesia (Bali khususnya) dalam perayaan Tahun Baru Caka inilah yang menjadi pelaksanaan Hari Raya Nyepi unik seperti saat ini.

Makna Hari Raya Nyepi

Hari Raya Nyepi memiliki filosofi di mana umat Hindu memohon kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, untuk melakukan penyucian Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam dan seluruh isinya).

Dikutip dari bulelengkpab.go.id, Nyepi memiliki arti sepi atau sunyi, dan dirayakan setiap 1 tahun Saka.

Pada saat Nyepi tidak boleh melakukan aktivitas seperti keluar rumah (kecuali sakit dan perlu berobat), menyalakan lampu, bekerja, dan lain sebagainya.

Tujuannya adalah agar tercipta suasana sepi, sepi dari hiruk pikuknya kehidupan dan sepi dari semua nafsu atau keserakahan sifat manusia untuk menyucikan Bhuwana Agung (alam semesta) dan Bhuwana Alit (manusia).

Sebelum hari raya Nyepi, dilaksanakan serangkaian upacara dan upakara yang bermaksud agar Penyucian Buana Alit dan Buana Agung berjalan dengan lancar.

Rangkaian upacara tersebut, berbeda-beda, tergantung dari Genius Local Wisdom dan urun rembug masing-masing daerah serta kebijaksanaan yang ditetapkan bersama.

Hari Raya Nyepi khususnya di Bali memiliki beberapa tahapan, dimulai dari Upacara Melasti, Mecaru, dan Pengerupukan.

Kemudian diikuti oleh puncak Hari Raya Nyepi itu sendiri, dan terakhir disebut dengan Ngembak Geni.

(Tribunnews.com/Latifah)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini