Para dosen, dikatakan Sani, bukan sekadar akademisi yang menguasai kompetensi mengajar, melainkan juga mengantongi kemampuan profesional yang diakui oleh industri.
Sani mengatakan pihaknya mempunyai layanan profesional atau Professional Service di mana dosen menjalankan proyek di luar kelas.
“Contohnya seperti Bank Mandiri, Pegadaian, BCA, CIMB Niaga, dll. itu semua klien-klien yang pernah kami berikan Professional Service, misalnya dengan mengadakan training, konsultasi, atau asesmen. Sebagai contoh, mereka ingin tahu bagaimana penerapan data science di perusahaan mereka, lalu kami lakukan asesmen dan hasilnya menjadi dasar untuk melaksanakan training sesuai dengan kebutuhan mereka,” Sani menjelaskan.
Baca juga: Magister Manajemen Integritas Material FT UI Cetak Lulusan Pertamanya
Tak hanya dari sisi SDM, Sani menjelaskan Binus juga yang pertama kali mendesain kurikulum yang fleksibel dengan melibatkan industri.
Strategi ini menjaga kualitas pendidikan BINUS agar selalu terkini dan relevan dengan kebutuhan industri.
Head of Master of Industrial Engineering Study Program, Muhammad Asrol mencontohkan di program studinya, mereka terbuka terhadap berbagai pendapat dari industri, akademisi di luar BINUS, dan para alumni.
Dia memahami bahwa dosen tidak selamanya memiliki informasi terkini terkait dunia industri sehingga mereka harus mau mendengarkan perspektif dari sudut berbeda.
“Kami kumpulkan mereka, kemudian kami minta pendapatnya tentang kurikulum yang sedang dijalankan. Dari situ kami punya banyak masukan dan tentu kami pertimbangkan untuk dimasukkan ke kurikulum,” ucap Asrol.
Sementara itu untuk menambah pengalaman mahasiswa, Sani juga menyediakan kesempatan belajar dari praktisi, peneliti, ataupun pengajar di luar Binus.
Sani menyebutkan bahwa pihaknya mewajibkan dua sesi yang khusus diisi oleh tokoh-tokoh tersebut.
“Kami punya sesi enrichment. Jadi setiap mata kuliah itu ada dua guest lecturer sections dari industri maupun dari kampus di luar BINUS, baik dalam negeri maupun luar negeri. Jadi mahasiswa itu punya pengalaman berinteraksi dengan mereka,” ujar Sani.
Khusus pada program DCS terdapat setidaknya tiga sesi kelas di hampir semua mata kuliah diisi oleh profesor dari luar BINUS. Misalnya, di kelas Sani sendiri, DCS mengundang Profesor Kiyota Hashimoto dari Jepang untuk mengisi sesi perkuliahan sehingga para mahasiswa bisa berbagi pengalaman dengan peneliti luar negeri.
Menjembatani Teori dan Industri
Deputy Head of DCS, Ford Lumban Gaol menyatakan hal serupa. Mahasiswa DCS pun akan memiliki lebih dari satu peran sebagai ahli teknologi dan mampu melakukan pendekatan multidisipliner pada riset mereka karena telah terekspos oleh beragam bidang ilmu dalam teknologi.