"BOSF dapat dijadikan sebagai model pembelajaran good practices atau praktik-praktik terbaik dan tidak baik di sebuah lembaga baik pemerintah maupun non pemerimtah. Para pemangku keputusan dapat mengunakan metode ini dalam mengambil keputusan," ujarnya.
Kuliah Umum ini juga dilanjutkan dengan sesi Diskusi Panel yang diisi oleh Distinguished Fellow Ridwan Kamil, Dosen Fakultas Teknik dan Teknologi Sampoerna University Profesor Teddy Mantoro, serta Anggota DPR RI Komisi XI Puteri Anetta Komaruddin.
Diskusi panel ini membahas topik besar yang sama, yaitu bagaimana pembangunan desa menjadi kunci penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun Pemerintah Provinsi Jawa Barat berfokus pada tiga pilar utama transformasi perdesaan, yaitu transformasi digital, ketahanan ekonomi dan sosial, serta pembangunan infrastruktur. Melalui transformasi digital, pemerintah bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi yang dapat membantu peningkatan efisiensi dan efektivitas tata kelola pemerintahan daerah serta mendorong kewirausahaan dan inovasi di daerah pedesaan.
Selain itu, menciptakan lapangan kerja juga merupakan pilar transformasi pedesaan guna mendorong kohesi sosial, ketahanan ekonomi dan sosial yang berbasis masyarakat. Yang terakhir, investasi pada pembangunan infrastruktur, termasuk jalan, jembatan, dan fasilitas umum lainnya, untuk meingkatkan akses ke layanan esensial dan menghubungkan daerah pedesaan dengan kota.
BOSF berharap, hadirnya program ini dapat mendukung pemerintah dalam membuat kebijakan publik yang relevan dan menjawab tantangan masa kini, guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, dalam hal ini khususnya melalui pembangunan desa.