Laporan Wartawan Tribunnews.com Rahmat W. Nugraha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari menilai jika koalisi besar benar-benar terbentuk Prabowo Subianto yang bakal maju menjadi capresnya.
Diketahui dua koalisi partai saat ini yakni Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PPP, dan PAN. Serta Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang terdiri dari Gerindra dan PKB, kedua koalisi tengah menjajaki kemungkinan bergabung menjadi koalisi besar.
"Koalisi besar itu nanti akan ketemu kuncinya itu pada calon presidennya. Apapun argumentasinya karena ingin menang patokannya elektabilitas," kata Qodari dalam diskusi Total Politik dikutip Jumat (14/4/2023).
Qodari melanjutkan di antaranya tokoh ketua partai di koalisi besar yang paling tinggi elektabilitasnya hanya satu Prabowo Subianto.
"Jadi saya kira Pak Prabowo sebagai calon presiden ini relatif mudah disepakati," kata Qodari.
Baca juga: Zulkifli Hasan Bantah PAN Dukung Prabowo sebagai Capres di Koalisi Besar
Qodari menilai yang akan rumit itu adalah soal wakil presiden, partai Golkar akan maju dengan proposal bahwa calon presiden kreteria elektabilitas. Tapi untuk wakil proposalnya kursinya di DPR yang paling banyak.
"Dan itu siapa, partai Golkar Airlangga Hartarto. Tetapi apakah kemudian PAN, PPP, PKB bisa menerima atau tidak itukan suatu hal yang lain lagi," jelasnya.
Menurut Qodari pengalaman selama ini kalau ketua partai itu ingin posisi akhir bolanya mental kepada orang yang non partai. Nama Erick Thohir bisa muncul.
"Contoh kongkrit misalnya waktu itu pilpres sebelumnya kalau patokannya kursi partai barang kali Golkar, tapikan nggak. Orang non partai yakni Maruf Amin sebelumnya nama Mahfud MD juga keluar yang notabene bukan orang partai," tegasnya.
"Jadi nanti siapa calon wakil presiden ditentukan oleh calon presidennya bukan partai koalisi. Lihat saja sekarang Koalisi Perubahan. Kalau ingin tanya wakilnya siapa dari Koalisi Besar tanyakan kepada Prabowo Subianto," tutupnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut cocok dua koalisi partai saat ini yakni Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Golkar, PPP, dan PAN cocok dengan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) yang terdiri dari Gerindra dan PKB.
Hal itu disampaikan Jokowi usai menghadiri acara Silaturahmi antara PAN dengan Presiden, di Kantor DPP, Jakarta Selatan, Minggu, (2/4/2023).
“Cocok,” kata Jokowi.
Terkait penggabungan dua koalisi partai tersebut kata Jokowi terserah para Ketum partai masing-masing. Yang pasti kata Presiden koalisi harus dibangun untuk kepentingan bangsa dan negara.
“Saya hanya bilang cocok, terserah pada ketua umum partai atau gabungan ketua umum partai, untuk kebaikan negara, untuk kebaikan bangsa untuk kebaikan rakyat, hal yang berkaitan bisa dimusyawarahkan akan lebih baik,” katanya.
Dalam acara silaturahmi tersebut kata Presiden membicarakan masalah kebangsaan sekaligus keberlanjutan program pembangunan ke depannya.
Presiden mengaku dalam pertemuan, ia lebih banyak mendengarkan. Dalam membahas politik para Ketua Umum Partai yang banyak berbicara.
“Yang berbicara itu ketua-ketua partai, saya bagian mendengarkan saja,” katanya.
Presiden tidak menjawab apakah dalam acara silaturahmi partai pemerintah tersebut turut dibahas masalah Capres dan Cawapres Pilpres 2024. Menurut Presiden hal itu sebaiknya ditanyakan kepada para Ketum Partai.
“Nanti ditanyakan kepada ketua-ketua partai,” katanya.