TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - India pada saat ini sedang dilanda gelombang panas atau heatwave, hingga membuat belasan orang meninggal dunia.
Peneliti Klimatologi di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Erma Yulihastin dalam akun Twitter pribadinya @EYulihastin menyampaikan, heatwave yang terjadi saat ini di India dan Pakistan, tidak terduga dan tidak terproyeksi oleh model iklim.
Sehingga ilmuwan di India dan Pakistan, kata Erma, dikritik oleh pengambil kebijakan dan publik di sana.
Baca juga: 24.000 Orang di India Tewas akibat Gelombang Panas Sejak 1992, Durasi Panas Diprediksi Naik di 2060
"Tidak pernah terduga sebelumnya bahwa wilayah monsun seperti India yang mirip dengan Indonesia bakal mengalami heatwave. Ini menandakan efek perubahan iklim terhadap kejadian panas ekstrem terjadi lebih cepat dari perkiraan ilmuwan," tulis Erma yang dikutip Tribunnews, Jumat (28/4/2023).
Dalam cuitan Erma, dirinya pun menampilkan cuplikan wawancaranya dengan radio Elshinta. Ia menyebut gelombang panas di India telah menyebabkan 17 orang meninggal dunia.
"Ada yang meninggal juga, sekitar 17 orang. Ilmuwannya itu dikritik. Kenapa ilmuwannya dikritik? Karena tidak ada satupun ilmuwan yang menjelaskan ini akan naik sebegini parah. Jadi mereka selalu bilang India tidak akan kena heatwave yang parah, itu hanya akan berhenti di China, daratan yang lebih utara," tutur Erma dalam wawancara itu.
"Artinya sudah sampai seperti itu, karena selalu diredam bahwa ini tidak akan terjadi, hanya akan kecil. ini berarti ada problem, konsep perubahan temperatur lebih cepat," sambungnya.
Dalam cuitannya, Erma pun menjelaskan onset heatwave yang biasa terjadi di puncak musim panas (Juli-Agustus) kini juga terjadi lebih cepat yaitu Maret-April.
"Sehingga negara-negara di Asia tersebut mengalami "kepanikan" membayangkan seberapa ekstrem yg akan mereka alami saat puncak musim panas terjadi Juli nanti," tulisnya.
Gelombang Panas akan Berlanjut
Dilansir dari Kompas.tv, berdasarkan laporan Departemen Meteorologi India (IMD), durasi gelombang panas ekstrem di negara itu akan bertambah panjang pada 2060.
Sementara dilaporkan The Free Press Journal, Rabu (26/4/2023), IMD mengeluarkan laporan terbaru berjudul Proses dan Prediksi Gelombang Panas dan Dingin di India pada Selasa (25/4/2023).
Laporan tersebut mengatakan sebagian besar wilayah India, termasuk di kawasan semenanjung dan pantai, akan mengalami peningkatan durasi gelombang panas menjadi 12 hingga 18 hari pada 2060.
Laporan itu merekomendasikan rencana respons komprehensif untuk gelombang panas yang mencakup strategi adaptasi berbasis budaya, kelembagaan, teknologi dan ekosistem.