News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2024

Tak Diundang ke Istana, NasDem Sebut Ada Hambatan Psikologis Jokowi dan Surya Paloh

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Johnson Simanjuntak
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tak Diundang ke Istana, NasDem Sebut Ada Hambatan Psikologis Jokowi dan Surya Paloh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyampaikan beberapa pesan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan saat bertemu di Wisma Nusantara, Menteng, Jakarta, Jumat (5/5/2023) siang.

Ketua DPP Partai NasDem Sugeng Suparwoto mengatakan Paloh tak menyampaikan langsung ke Jokowi lantaran tak diundang ke Istana Merdeka dalam pertemuan beberapa hari lalu.

"Kok enggak menyampaikan ke Pak Jokowi? Lho wong Pak Surya saja enggak diundang kok," kata Sugeng di Kantor Sekretariat Perubahan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat malam.

Sugeng menyebut komunikasi antara Presiden Jokowi dan Surya Paloh seakan ada hambatan psikologis.

"Ya itu lah. Itulah faktanya, kita semuanya enggak tahu, Pak Surya juga enggak tahu kok tiba-tiba ada hambatan psikologis kayak gitu," ujarnya.

Dia lalu menanyakan agenda pertemuan ketua umum partai politik (parpol) pendukung pemerintah bersama Presiden Jokowi beberapa hari lalu.

"Misalanya yang kemarin itu pertemuan apa itu? Pertemuan koalisi pemerintah dalam konteks ini atau pertemuan koalisi capres-cawapres di tahun 2024?" tanya Sugeng.

Menurutnya, harusnya Surya Paloh diundang dalam pertemuan tersebut apabila dalam kontestasi koalisi pemerintah.

"Kan sampai hari ini kita tegas atas moral politik etik yang baik, ingat ya, atas moral politik etika yang baik, kita tetap mendukung Pak Jokowi-Ma'ruf Amin sampai tahun 2024," ungkap Sugeng.

Baca juga: Surya Paloh Sebut NasDem Tetap Dukung Jokowi Meski Tak Diundang ke Istana

"Itu sekali lagi saya garisbawahi, itu firm sikap NasDem dan sikap Pak Surya. Bukan karena ingin menjilat-jilat kekuasaan, tidak. Itu adalah moral politik yang baik," sambungnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini