Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Unifah Rosyidi menanggapi mosi tidak percaya sejumlah pengurus terhadap pihaknya.
Menurut Unifah, sejauh kepercayaan pengurus daerah terhadap kepemimpinannya semakin kuat dan solid.
"Kalaupun terjadi dinamika, friksi, ataupun perbedaan pendapat antar pengurus dan berbagai kelompok kepentingan, hal itu masih sebatas pada persaingan internal dan biasa diselesaikan secara internal organisasi," kata Unifah melalui keterangan tertulis, Minggu (18/6/2023).
Unifah mengatakan, sejarah mencatat PGRI lahir, tumbuh, dan berkembang seirama dengan dinamika perkembangan bangsa dan negara Indonesia.
Baca juga: 18 Pengurus PGRI Provinsi Sampaikan Mosi Tidak Percaya, Minta Ketua Umum PB PGRI Mundur
Berdasarkan catatan sejarah pula, Unifah mengungkapkan guru bersatu pada 24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Puteri, Surakarta, Jawa Tengah.
"Ketika itu kaum guru sudah sepakat untuk menghapuskan segala bentuk perpecahan antar kelompok guru," tutur Unifah.
Unifah menyesalkan, bahwa "persoalan rumah tangga" PGRI diumbar kemana-mana, apalagi sampai berpotensi memecah belah PGRI dalam satu ikatan keluarga dan organisasi.
Begitupun kepatuhan kepada pimpinan tertinggi (Ketua Umum) sebagai representasi organisasi dengan berpedoman kepada AD/ART dan mengedepankan musyawarah untuk mufakat adalah bagian dari etika yang selalu dipegang teguh.
Ketua Departemen Kominfo PB PGRI, Wijaya mengatakan, dinamika yang terjadi belakangan ini adalah adanya manuver dari beberapa Pengurus PGRI yang mengatasnamakan pengurus Provinsi.
"Maka kami merasa perlu untuk memberikan tanggapan secara resmi serta penuh keyakinan bahwasanya PGRI masih tetap setia, solid, dan mendukung kepemimpinan Ketua Umum Prof. Dr. Hj. Unifah Rosyidi, M.Pd," tutur Wijaya.