Hal ini menjadi bukti bagaimana kisah perjuangan dan pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail berakhir dengan baik, husnul khatimah.
Penggantian tersebut juga mempunyai pesan bahwa Allah SWT. mengharamkan darah manusia untuk ditumpahkan.
Bahkan jika itu mengatasnamakan Tuhan.
Namun, apakah pengorbanan itu telah berakhir dengan digantinya manusia dengan hewan ternak? Tidak hadirin, pengorbanan belum berakhir, justru di situlah permulaan manusia untuk berjuang dan mengorbankan sifat-sifat kebinatangan yang ada di dalam diri kita.
Sifat rakus dan tamak yang menjadi karakter kebinatangan seharusnya kita pangkas, kita ganti dengan sifat-sifat terpuji yang melekat pada dimensi keilahian.
Namun, nyatanya saat ini, kita justru lebih sering memupuk sifat kebinatangan daripada kemanusiaan.
Berkaitan dengan menyembelih sifat kebinatangan ini, ada penafsiran menarik dari Jalaluddin Rumi tatkala memahami surah al-Baqarah ayat 260 berikut:
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهِيمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
“(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Dia (Allah) berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang.” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah). Kemudian, letakkanlah di atas setiap bukit satu bagian dari tiap-tiap burung.Selanjutnya, panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Secara khusus pada kalimat, “kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu dekatkanlah kepadamu (potong-potonglah)”, Rumi memahami ada empat sumber kejahatan manusia.
Sebagaimana apa yang dicontohkan Ibrahim sang khalilullah, kekasih Allah Swt., hanya dengan menyembelih keempat sifat kebinatangan itulah, kita dapat menjadi pribadi yang dekat kepada Allah Swt.
Binatang pertama adalah burung merak, lambang kepongahan. Terkait dengan merak, Rumi menegaskan, “keinginannya hanyalah menguasai manusia. Ia tidak tahu baik dan buruk. Ia menangkap korbannya dengan semena-mena”.
Burung ini menjadi karakter utama dari sifat iblis yang dengan kesombongannya enggan mendengarkan perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam a.s. Dengan kepongahan, mata hati kita tertutup untuk melihat dan mendengarkan kebenaran.
Karena diri ini telah merasa paling benar, yang lain salah dan berhak untuk diluruskan.
Baca juga: 40 Kata-kata Ucapan Idul Adha Makna Penuh Makna dan Doa untuk Diunggah ke TikTok
Jamaah Idul Adha rahimakumullah
Burung kedua adalah burung bebek, lambang kerakusan. Mengapa bebek menjadi lambang kerakusan? Kita bisa melihat paruhnya yang selalu berada di tanah, mencari yang tersembunyi di tempat basah atau kering.