News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Menkes Beberkan Bentuk Bully di Lingkungan Dokter: Disuruh Antar Laundry hingga Urus Parkir

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Erik S
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin beberkan perihal bentuk perundungan (bully) yang ditemui di lingkungan dokter. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin beberkan perihal bentuk perundungan (bully) yang ditemui di lingkungan dokter. 

Bentuk perundungan ini terungkap ramai di media sosial pada 23 Juni, perihal tindak kasar di RS Adam Malik, Medan.

 Baca juga: Menkes Beberkan Sanksi yang Akan Diterima Pelaku Perundungan di Lingkungan Calon Dokter

Ketika diselidiki, pelaku ternyata adalah peserta pendidikan. 

Setelahnya, Kemenkes pun melakukan wawancara pada pihak terkait. 

"Kita menemukan bahwa praktik perundungan ini, baik untuk dokter umum, mau pun pendidikan spesialis itu terjadi beruang kali," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Kamis (20/7/2023). 

Budi menegaskan jika perundungan tidak hanya menyebabkan kerugian mental, tapi fisik dan juga finansial bagi peserta didik. 

Perundungan di lingkungan dokter biasanya dilakukan dengan dalih membentuk karakter dokter muda.

"Saya setuju karakter dokter muda dibentuk. Tapi bukan hanya dengan kekerasan. Harus dibentuk rasa empati, simpati pada pasien, cara komunikasi menurut saya penting," tegasnya. 

Dari laundry hingga parkir

Budi pun memaparkan contoh perundungan yang sering terdengar olehnya. 

Kelompok peserta didik sering dimanfaatkan sebagai asisten, sekretaris hingga asisten pribadi.

Di antaranya seperti mengantarkan cucian ke laundry, mengantarkan anak, mengurusi parkir dan sebagainya. 

"Kemudian lagi ada (seperti) oh kurang sendok plastik, sudah jam 12 malam, mesti cari sendok plastik 200 (buah) di jam 12 malam karena ada makan makan tempat senior," papar Budi. 

Selain itu, Budi pun membeberkan adanya grup jaringan komunikasi (jarkom) di WhatsApp grup. 

"Harus lihat jarkom karena prioritas nomor satu. Tapi biasanya disuruh pribadi bukan untuk mengajar. Satu menit gak dijawab dicaci-maki. Begini saja gak bisa, kamu mampu gak sih" kata Budi lagi. 

Baca juga: Kemenkes Sediakan Hotline Anti Perundungan Calon Dokter Spesialis

Tidak sampai di situ, perundungan pun juga sampai menyuruh membuat tugas pribadi. 

Bisa dalam penulisan jurnal hingga penulisan, junior disuruh oleh senior.

"Kalau melanggar etik penelitian juniro juga disuruh. Akibatnya, kasihan juga juniornya. Harusnya belajar memperdalam spesialisasi yang diinginkan, malah disuruh sebagai asisten pribadi," kata Budi lagi. 

Perundungan bahkan sampai dari sisi keuangan. 

Menurut Budi, cukup banyak junior diminta mengumpulkan uang jutaan, puluhan bahkan ratusan. 

Uang tersebut biasanya digunakan untuk menyiapkan rumah untuk kumpul senior.

Baca juga: Menkes Tepis Isu UU Kesehatan Bikin Dokter Asing Bisa Buka Praktik di RI

"Kontraknya setahun 50 juta, bagi rata dengan juniornya," tambah Budi. 

Itu tidak pernah disampaikan oleh junior.

Sayangnya, tindakan perundungan sering disebut tidak ada oleh para pimpinan rumah sakit. 

Budi mengungkapkan adanya keengganan secara sistematis untuk mengakui kasus perundangan ini.

"Padahal kalau tanya ke peserta didik, hampir semua ngomong begitu. Begitu ada senior atau pengajar dia langsung diem. Ini menurut saya early warning," tegasnya. 

"Kalau pada satu lingkungan orang-orang di dalamnya sampai tidak berani berbicara karena takut, maka sudah dinyatakan tidak sehat," tegasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini