- Latihan loncat dari menara 250 kaki;
- Satu minggu praktik dengan melaksanakan tiga kali terjun tanpa perlengkapan, kali kali terjun siang dengan perlengkapan tempur dan 1 kali terjun malam lengkap dengan perangkat tempur. Pasukan Katak juga mendapat keahlian terjun laut dengan perlengkapan khusus baik dari pesawat dan heli yang dinamai water jump.
Fase yang harus dihadapi calon anggota selanjutnya adalah sabotase, kontra sabotase, dan intelijen tempur, selama dua bulan.
Dalam fase ini, calon anggota Kopaska harus bisa mendata, mencari tahu berapa komposisi jumlah musuh, kapan mereka lengah, demografi, menggalang simpatisan, dan waktu paling tepat untuk operasi penyerbuan tanpa diketahui musuh.
Fase terakhir dari pendidikan Kopaska adalah pendidikan penghancuran bawah air, Underwater Demolition Team (UDT).
Di fase ini, calon anggota belajar teknik menjinakkan ranjau, patroli pantai, renang rintis, penyelaman laut dalam, selam dengan Scuba Close Circuit, sabotase kapal musuh dengan torpedo berjiwa, dan penyerbuan dalam laut.
Akhir pendidikan Kopaska yang berlangsung selama hampir satu tahun, ditandai dengan digelarnya operasi amfibi khusus, demo UDT, infiltrasi, raid amfibi, dan keahlian lain yang dimiliki di depan para petinggi TNI AL.
Pasukan Katak “muda” ini berhak atas baret merah Kopaska, Brevet Manusia Katak, Brevet Para Dasar, brevet menembak TNI AL, Brevet Selam TNI AL, Brevet Renang Selat, dan Brevet lainnya yang berhak mereka kenakan.
Di awal penugasan, para Katak "muda" ini akan ditempatkan di detasemen latih yang ada di Armabar dan Armatim selama setahun.
Setelahnya, mereka bisa menempuh pendidikan spesialisasi (master/tingkat madya) di bidang masing-masing, minimal setelah dua sampai tiga tahun di Kopaska.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Gita Irawan, TribunJambi.com/Bandot, Kompas.com/Issha Harruma)