Masih dikutip dari laman Kemenkeu, penurunan tersebut dapat dilihat melalui perlambatan pertumbuhan ekonomi yang turun dari 5,02 persen di tahun 2019 menjadi 2,97 persen pada tahun 2020.
"Krisis, krisis, krisis. Yang satu langsung krisis perbankan keuangan di Indonesia dan Asia tenggara."
"Yang kedua krisis keuangan global. Yang ketiga krisis kesehatan pandemi tapi dimensinya keuangan," jelasnya.
Terkait krisis pandemi, Sri Mulyani menambahkan para profesional dan generasi muda yang ada di bidang keuangan untuk memahami dan mempelajari konsekuensi logis dari adanya krisis kesehatan menjadi krisis keuangan.
Hal ini karena menurutnya kejadian pandemi Covid-19 yang lalu bukanlah yang terakhir, adanya kemungkinan pandemi di depan yang perlu diantisipasi guna menentukan langkah dari sektor keuangan yang harus dilakukan.
Baca juga: Ingatkan Bahayanya Profesi Keuangan Jika Tidak Kompeten, Sri Mulyani Sampai Berkata Bodoh
"Generasi ke depan kalau menghadapi mereka tidak perlu mulai dari nol lagi. Pernah terjadi been there happening and kita sudah bisa menyampaikan," tandas Menkeu.
Selain itu, Menkeu juga menyampaikan adanya isu lain di sektor keuangan.
Yakni syok dari isu perubahan iklim, dimana sektor keuangan akan menjadi penjuru penting.
Sehingga, Menkeu berharap profesi keuangan bisa memahami risiko dari isu tersebut.
"Pahami risiko dari perubahan iklim. Dampaknya sangat besar."
"Asset value bisa drop, asset value bisa naik, karena perubahan iklim. Risiko bisa 0 dan 1,” pungkasnya.
(Tribunnews.com, Widya)