Menurut Polri, pihaknya mengklaim tidak pernah menyebutkan jika Bripda Ignatius tewas akibat sakit keras.
Meski demikian pihaknya mengaku akan mendalami terkait informasi tersebut.
"Info yang diterima keluarga bahwa korban alami sakit keras kami dalami lagi karena tidak ada dari kami yang menyampaikan seperti itu," ujar Surawan.
Polisi menegaskan, Bripda Ignatius meninggal dunia saat perjalanan ke rumah sakit.
Pernyataan ini berbanding terbalik dari pernyataan keluarga Bripda Ignatius.
Ayah Bripda Ignatius mengatakan, ada pihak Mabes Polri melalui Polres Melawi yang mengabarkan bahwa anaknya meninggal dunia akibat sakit keras.
Y Pandi mengaku diberitahu melalui sambungan telepon dan diminta oleh Polres Melawi dan Polda Kalbar terbang ke Jakarta untuk menemui Bripda Ignatius.
"Kemudian dari Polres Melawi telepon kami juga. Karena pas yang menghubungi kami itu, kenal dan kawan, jadi pikiran kami sebagai orang tuanya kalau tidak percaya salah kita, ya kan."
"Menanyakan juga hal yang sama, 'Apakah ini betul orang tuanya Rico?' (Panji menjawab) 'Betul, ada apa ya?' (Polres Melawi) 'Kami dapat pesan dan berita dari Mabes supaya bapak ini turun ke Jakarta, anak bapak sakit keras kondisinya sekarang dan ada di RS Polri Kramat Jati, Jakarta," kata Pandi dikutip dari YouTube Tribun Pontianak, Sabtu (29/7/2023).
Namun saat Pandi sampai, Densus 88 Antiteror justru menjelaskan, tewasnya Bripda Ignatius bukanlah karena sakit keras, tetapi tertembak diduga oleh rekannya.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Abdi Ryanda Shakti)