TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro menilai pertemuan antara Budiman Sudjatmiko dan Prabowo Subianto bernuansa politik.

Kemudian dikatakan Siti Zuhro pertemuan tersebut untuk berikan pencitraan terhadap Prabowo Subianto.

"Ya memang nuansanya politik, politisi ketemu politisi pasti. Apalagi ditahapan pemilu, mau tidak mau nuansanya politik. Dominasinya ke politik. Inilah cara bagaimana untuk ikut dalam memberikan pencitraan terhadap Pak Prabowo," kata Siti Zuhro ditemui di Gedung Joeang, Jakarta Pusat, Senin (31/7/2023).

Siti Zuhro juga menyebutkan apa yang dilakukan keduanya itu ilmu biasa yang mudah ditebak.

"Jadi itu ilmu yang katun, ilmu biasa yang gampang ditebak sangat gamblang. Silahkan saja, masyarakat yang akan memilih, bukan Budiman," jelasnya.

Peneliti BRIN itu kemudian mencontohkan dirinya pernah mendorong Puan Maharani dalam demokrasi. Kemudian dikatakan Siti Zuhro bahwa yang memilih tetaplah masyarakat.

"Meskipun saya pernah mendukung Mbak Puan dalam demokrasi, saya setuju perempuan diunggulkan, yang memilih itu masyarakat bukan saya, biarkan saja. Masyarakat yang mengeksekusi dan mengevaluasi nanti omongan siapa yang benar," tegasnya.

Sebelumnya, Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko telah rampung melakukan pertemuan dengan bakal calon presiden (capres) Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara IV, Kebayoran, Jakarta Selatan pada Selasa (18/7/2023) malam.

Adapun pertemuan tersebut berlangsung tertutup selama dua jam. Seusai melakukan pertemuan, Budiman pun menilai bahwa Prabowo menjadi salah satu figur yang layak menjadi pemimpin masa depan.

"Saya berharap Pak Prabowo sehat, teruskan tugas, tunaikan tugas, dan saya ingin orang Indonesia layak untuk mendapatkan orang terbaik, salah satunya Pak Prabowo," kata Budiman.

Budiman pun merasa banyak memiliki kesamaan pandangan kepimimpinan dengan Prabowo. Di antaranya, keduanya ingin membawa Indonesia bangkit di tengah banyaknya turbulensi.

"Saya mengapresiasi dan merasa bahwa Pak Prabowo itu mewakili satu cara pandang kepemimpinan politik yang cocok dengan saya dalam pengertian suatu bangsa yang ingin bangkit di tengah turbulensi," ungkapnya.

Karena itu, kata Budiman, diperlukan sosok yang kepemimpinan yang berasal dari intelejen dan aktivis untuk menghadapi krisis global. Gabungan dua kepimpinan itu diyakini dapat menghadapi berbagai persoalan bangsa.

Baca juga: Adian Napitupulu Ungkap Banyak Aktivis 98 Kecewa dengan Sikap Budiman Sudjatmiko Temui Prabowo

"Karena kalau ada orang politik latar belakangnya intelijen atau tentara, atau latar belakangan aktivis, kedua orang itu biasanya mampu berbicara hal-hal strategis secara komperhensif," jelasnya.