Lebih lanjut, Tonaas mengungkapkan paruh burung Taong dan bulu ayam jantan dipakai untuk topi perang dalam tarian Kawasaran.
Topi perang itu, jelas Tonaas, menggambarkan dunia dewa untuk mengingatkan bahwa dunia hanya sementara.
Tak hanya itu, Tonaas juga menerangkan makna topi perang adalah sebagai pengingat untuk berbuat baik kepada sesama dan rela berkorban demi kepentingan orang banyak.
"Topi perang tersebut menggambarkan dunia atas, alam dewa yang menjadi pengingat bahwa dunia hanya sementara."
"Juga memberi ingatan untuk berbuat kebaikan ke sesama dan rela mengorbankan nyawa demi keberlangsungan banyak orang," jelas Tonaas.
Baca juga: Saat Sri Mulyani dan Kaesang Dapat Hadiah Sepeda dari Jokowi
Sementara itu, untuk warna, baju adat tarian Kawasaran didominasi oleh merah.
Warna merah sebagai simbol kehidupan.
"Kalau merah itu kan, simbol kehidupan, karena bukan sekadar perang, tapi para leluhur juga mempertahankan kehidupan sampai disebut pelindung negeri," urainya.
Sebagai pelengkap, baju adat Kawasaran juga memiliki pedang (santi), perisai (kelung), dan tombak (wengkow).
Dikatakan Tonaas, pedang atau santi adalah lambang pemisah antara baik dan jahat.
"Santi ini menjadi lambang pemisah antara yang baik dan yang jahat, ini juga pernah dipakai saat perang Spanyol dan jadi senjata khas Minahasa," ungkap Tonaas.
Alasan Kaesang dan Erina Pakai Baju Adat Kawasaran
Lewat akun Instagramnya, Erina Gudono membeberkan alasan ia dan Kaesang Pangarep memilih baju adat Kawarasan untuk menghadiri Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan HUT ke-78 RI di Istana Negara, Kamis.
Dalam unggahannya, Erina menuturkan, ia dan Kaesang memilih baju adat Kawasaran sebagai bentuk penghormatan kepada pahlawan pejuang kemerdekaan Indonesia.
"Kami memakai baju kawasaran sebagai lambang penghormatan kami kepada para WARANEY (ksatria) bangsa yang telah berjuang melawan penjajah," tulis Erina, Kamis, dikutip Tribunnews.com.